♥ Disclaimer
I'm currently 13 years old

♥ Belle's Diary
Dear Diary ♫
♥ Memorable Stories
Contents
Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫
♥ Archives
Recent Posts
♥ Harmonika Gisell
♥ Gerbong 5 : Kompartemen #13
♥ I Want My DRAGON! (Belle Pov)
♥ I Want My DRAGON (SILVER Pov)
♥ I Want My DRAGON (Belle Pov)
♥ I Want My DRAGON (Silver Pov)
♥ I Want My DRAGON (Belle Pov)
♥ I Want My DRAGON (Silver Pov)
♥ I Want My DRAGON (ZEUS Pov)
♥ I Want My DRAGON (Belle Pov)
Date back by month
♥ November 2009
♥ Desember 2009
♥ Januari 2010
♥ Februari 2010
♥ Mei 2010
♥ Juni 2010
|
♥ Rabu, 06 Januari 2010 @ 04.43
`Herbologi kelas 2
Rasanya hari itu dia tak mampu tersenyum ataupun berkonsentrasi. Dia hanya berdiri di depan mejanya, memandangi sebuah baki dan pot yang terletak disana—untuk keperluan praktek Herbologinya hari ini. Tak seperti dia yang biasanya selalu tersenyum dan terlihat bersemangat menjalani pelajaran apapun yang disuguhkan sekolahnya. Padahal dia menulis surat di secarik perkamen untuk Zeus sebelum masuk kelas hari ini, berisikan pesan supaya kakak sepupunya itu tidak membolos kelas karena kelas herbologi begitu menarik. Menyemangati orang lain saat diri sendiri tak bersemangat, rasanya munafik. Gadis kecil itu menghela nafas. Memberikan senyum simpul tak bersemangat pada teman-teman yang menyapanya.
Semalam, dia lagi-lagi bermimpi, sosok ayahnya yang sekarat tengah membelai pipinya dengan jemarinya yang penuh darah. Telapak tangannya sendiri penuh dengan darah. Darah ayahnya. Dan kemudian berakhir dengan hembusan nafas terakhir dan teriakan dirinya sendiri yang terbangun dengan keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Saat-saat kematian ayahnya menerornya setiap malam. Gadis kecil itu kesal, marah, karena potongan ingatan yang kembali itu tidak membukakan tabir tentang siapa pembunuh ayahnya. Gadis kecil itu menggigit bibir. Berusaha berkonsentrasi mendengarkan Profesor Sprout menjelaskan.
”Karena kurasa kalian sudah membaca cukup banyak tentang Mandrake, maka aku tidak perlu lagi berbicara panjang lebar akan tanaman yang serupa bayi dengan rupa yang tak terlalu rupawan ini, kan? Kalian hanya perlu memindahkan Mandrake-mandrake tersebut pada pot yang lebih besar setelah pot tersebut kalian isi dengan humus yang telah kusediakan. Namun sebelum memulai, ada baiknya kalian memerhatikan bagaimana caraku melakukannya.”
Mandrake?
Ya, Belle sudah membaca cukup banyak tentang Mandrake. Tanaman aneh dengan akar berbentuk bayi jelek seperti tuyul yang menangis dan meronta saat dikeluarkan dari dalam tanah. Konon, tangisan mandrake yang lebih dewasa bisa membunuh manusia.
“Kenakan penutup telinga kalian sekarang, selagi aku memberi contoh. Semua, tidak terkecuali, nak!”
Perlahan, dia mengambil penutup telinga dan memakainya rapat-rapat menutupi telinganya. Di saat seperti ini, dia tak ingin berlaku ceroboh dan mencelakai diri sendiri. Tidak disaat dia belum mengetahui siapa pembunuh ayahnya. Jika memang dia ada di sana saat kematian Boris, seharusnya dia melihat dengan mata kepala sendiri wajah pembunuhnya. Gadis kecil itu mendengus lesu, berusaha untuk tidak kembali melamun. Kedua kristal peraknya dia paksa untuk memperhatikan bagaimana Profesor Sprout memberi contoh cara memindahkan mandrake ke dalam pot yang lebih besar. Kelihatannya mudah kalau Profesor Sprout yang melakukannya. Dia pun membuka penutup telinganya ketika Profesor Sprout menjetikkan jari.
”Nampak mudah memang. Namun jangan lupa untuk berhati-hati menghadapi tangisan serta rontaan mereka yang sama sekali tidak dapat disepelekan. Kuingatkan sekali lagi, bagi mereka yang ngotot melepas penutup telinga di tengah jalan, sebelum kelas ini usai, jeritan mandrake berpotensi besar membuat kalian pingsan di tempat. Untungnya karena tanaman Mandrake ini masih bayi, suara tangisan mereka belum cukup kuat untuk membunuh kalian, tambahnya cukup panjang dan lebar agar para muridnya terhindar dari luka yang tak diinginkan. Sekarang, kenakan lagi penutup kuping kalian. Aku akan memberi isyarat kepada kalian begitu waktu kita habis untuk kelas ini. Nah, ayo mulai sekarang! Aku akan ada di sini untuk memantau kemajuan pekerjaan kalian.”
Gadis kecil itu pun menurut dan memakai lagi penutup telinganya dalam diam. Tak berkomentar atau pun mengeluarkan desah kagum seperti biasanya. Dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan mencari Zeus. Dia ingin bertanya lebih banyak tentang kejadian hari itu. Tak peduli meski Zeus selalu mengganti topik dan menghindar dari pertanyaan tersebut. Zeus tahu siapa pembunuh ayahnya, tapi anak laki-laki itu bersikeras menutupinya dari Belle.
Belle mengambil humus yang telah disediakan dan mengisinya ke dalam pot yang lebih besar, yang nanti akan menjadi pot baru untuk mandrakenya. Dan dengan cekatan, gadis kecil itu mencabut mandrakenya dari pot asalnya. Tidak mudah, karena mandrake itu meronta-ronta dan menangis. Wajah mandrake itu lebih jelek daripada yang dia lihat dari buku dengan kepala bagian belakang memanjang, seperti alien. Dengan susah payah, Belle berusaha memasukkan mandrakenya ke dalam pot yang baru. Lengah sesaat ketika melihat Xuxa jatuh pingsan dan mandrake itu menggigit pergelangan tangannya dengan keras. Gadis kecil itu berteriak kesakitan dan spontan melempar mandrakenya sehingga menabrak punggung seseorang di sebelahnya.
Heu—Label: Kelas herbologi tahun Kedua

|
♥ The Webmistress

(Nabelle Marion Elsveta)
[Nama -- Panggilan]: Nabelle Marion Elsveta – Belle | Marion
[Status Darah]: Halfblood
[Tempat dan Tanggal Lahir]: Novgorod - Russia, 13 Januari 1973
[Asrama]: Ravenclaw
[Tahun Masuk Hogwarts]: 1984
[Peliharaan]: 2 ekor puffskein warna kuning muda (Banana) dan hijau lemon (Lime).
[Tongkat sihir]: Birch 25.5cm; inti Nadi Naga Kerdil Islandia
[TRIVIA]: Di hari kematian ayahnya, Nabelle diberi jampi ingatan Obliviate oleh kakek Rusia untuk menutupi kenyataan tentang kematian ayahnya yang sebenarnya.
|
♥ Rabu, 06 Januari 2010 @ 04.43
`Herbologi kelas 2
Rasanya hari itu dia tak mampu tersenyum ataupun berkonsentrasi. Dia hanya berdiri di depan mejanya, memandangi sebuah baki dan pot yang terletak disana—untuk keperluan praktek Herbologinya hari ini. Tak seperti dia yang biasanya selalu tersenyum dan terlihat bersemangat menjalani pelajaran apapun yang disuguhkan sekolahnya. Padahal dia menulis surat di secarik perkamen untuk Zeus sebelum masuk kelas hari ini, berisikan pesan supaya kakak sepupunya itu tidak membolos kelas karena kelas herbologi begitu menarik. Menyemangati orang lain saat diri sendiri tak bersemangat, rasanya munafik. Gadis kecil itu menghela nafas. Memberikan senyum simpul tak bersemangat pada teman-teman yang menyapanya.
Semalam, dia lagi-lagi bermimpi, sosok ayahnya yang sekarat tengah membelai pipinya dengan jemarinya yang penuh darah. Telapak tangannya sendiri penuh dengan darah. Darah ayahnya. Dan kemudian berakhir dengan hembusan nafas terakhir dan teriakan dirinya sendiri yang terbangun dengan keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Saat-saat kematian ayahnya menerornya setiap malam. Gadis kecil itu kesal, marah, karena potongan ingatan yang kembali itu tidak membukakan tabir tentang siapa pembunuh ayahnya. Gadis kecil itu menggigit bibir. Berusaha berkonsentrasi mendengarkan Profesor Sprout menjelaskan.
”Karena kurasa kalian sudah membaca cukup banyak tentang Mandrake, maka aku tidak perlu lagi berbicara panjang lebar akan tanaman yang serupa bayi dengan rupa yang tak terlalu rupawan ini, kan? Kalian hanya perlu memindahkan Mandrake-mandrake tersebut pada pot yang lebih besar setelah pot tersebut kalian isi dengan humus yang telah kusediakan. Namun sebelum memulai, ada baiknya kalian memerhatikan bagaimana caraku melakukannya.”
Mandrake?
Ya, Belle sudah membaca cukup banyak tentang Mandrake. Tanaman aneh dengan akar berbentuk bayi jelek seperti tuyul yang menangis dan meronta saat dikeluarkan dari dalam tanah. Konon, tangisan mandrake yang lebih dewasa bisa membunuh manusia.
“Kenakan penutup telinga kalian sekarang, selagi aku memberi contoh. Semua, tidak terkecuali, nak!”
Perlahan, dia mengambil penutup telinga dan memakainya rapat-rapat menutupi telinganya. Di saat seperti ini, dia tak ingin berlaku ceroboh dan mencelakai diri sendiri. Tidak disaat dia belum mengetahui siapa pembunuh ayahnya. Jika memang dia ada di sana saat kematian Boris, seharusnya dia melihat dengan mata kepala sendiri wajah pembunuhnya. Gadis kecil itu mendengus lesu, berusaha untuk tidak kembali melamun. Kedua kristal peraknya dia paksa untuk memperhatikan bagaimana Profesor Sprout memberi contoh cara memindahkan mandrake ke dalam pot yang lebih besar. Kelihatannya mudah kalau Profesor Sprout yang melakukannya. Dia pun membuka penutup telinganya ketika Profesor Sprout menjetikkan jari.
”Nampak mudah memang. Namun jangan lupa untuk berhati-hati menghadapi tangisan serta rontaan mereka yang sama sekali tidak dapat disepelekan. Kuingatkan sekali lagi, bagi mereka yang ngotot melepas penutup telinga di tengah jalan, sebelum kelas ini usai, jeritan mandrake berpotensi besar membuat kalian pingsan di tempat. Untungnya karena tanaman Mandrake ini masih bayi, suara tangisan mereka belum cukup kuat untuk membunuh kalian, tambahnya cukup panjang dan lebar agar para muridnya terhindar dari luka yang tak diinginkan. Sekarang, kenakan lagi penutup kuping kalian. Aku akan memberi isyarat kepada kalian begitu waktu kita habis untuk kelas ini. Nah, ayo mulai sekarang! Aku akan ada di sini untuk memantau kemajuan pekerjaan kalian.”
Gadis kecil itu pun menurut dan memakai lagi penutup telinganya dalam diam. Tak berkomentar atau pun mengeluarkan desah kagum seperti biasanya. Dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan mencari Zeus. Dia ingin bertanya lebih banyak tentang kejadian hari itu. Tak peduli meski Zeus selalu mengganti topik dan menghindar dari pertanyaan tersebut. Zeus tahu siapa pembunuh ayahnya, tapi anak laki-laki itu bersikeras menutupinya dari Belle.
Belle mengambil humus yang telah disediakan dan mengisinya ke dalam pot yang lebih besar, yang nanti akan menjadi pot baru untuk mandrakenya. Dan dengan cekatan, gadis kecil itu mencabut mandrakenya dari pot asalnya. Tidak mudah, karena mandrake itu meronta-ronta dan menangis. Wajah mandrake itu lebih jelek daripada yang dia lihat dari buku dengan kepala bagian belakang memanjang, seperti alien. Dengan susah payah, Belle berusaha memasukkan mandrakenya ke dalam pot yang baru. Lengah sesaat ketika melihat Xuxa jatuh pingsan dan mandrake itu menggigit pergelangan tangannya dengan keras. Gadis kecil itu berteriak kesakitan dan spontan melempar mandrakenya sehingga menabrak punggung seseorang di sebelahnya.
Heu—Label: Kelas herbologi tahun Kedua

|
♥ Tagboard
ShoutMix chat widget
|
♥ Friends
Naoto Matsushima
Zeus Pierre
Chiaki Kashiwabara
Allyriane Lakeisha Colette
Faye L. Azursky
Funny
Guffaws
|
♥ About this Site
Designer : Nicole
Basecode : Fang Min
Banner : Xiaorene
Material: Cyworld
Cursor : Lovelycore
Graphics : Creambunny
|