<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Halaman - Tek Dunk: MAU PETASAN?
Registrasi Klub Musik
Kelas Herbologi - Ravenclaw & Slytherin
On a Rollercoaster Ride
Pesta Awal Tahun 1984
Come and Play With Me -Thread Reza-
Fitness? -Thread Kak Jose F. Dawne, prefek Gryffin...
Seleksi Asrama
Hogwarts Express - Gerbong 2 Kompartemen 2
King's Cross - Peron 9 3/4


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Minggu, 08 November 2009 @ 21.04
`It's Fun, huh!?




Manusia. Makhluk yang sangat rumit. Tingkah laku dan pikirannya tak bisa ditebak. Demikian pula dengan perasaannya. Setuju? HARUS. Contohnya saja Nabelle. Seorang gadis kecil yang dibesarkan dalam lingkungan high class, yang terbiasa berlaku tenang dan anggun dalam segala hal bahkan dalam berbicara. Sejak menginjak dunia yang disebut sebagai dunia sihir, tingkah lakunya agak sedikit berubah. Well, mungkin itulah Nabelle yang sesungguhnya. Apa adanya, polos dan sedikit nekat. Melompat ke danau hitam untuk menyelamatkan seekor kucing milik orang lain jika tidak bisa disebut nekat, apa dong? Menendang seorang prefek ular dan kemudian meninjunya plus memaki-makinya juga tak bisa disebut tidak nekat. Benar?

Rangkaian kejadian yang penuh kenangan selama di Hogwarts membuatnya betah dan lupa pada kesedihannya yang lalu. Ia kini merasa bahwa memang Ravenclaw-lah tempat yang paling cocok untuknya. Topi Seleksi memang tak pernah salah. Jujur, Belle terkesan sekali. Sambil bersandar pada sandaran sebuah bangku kayu yang terletak di depan sebuah pohon di tengah halaman Kastil Hogwarts, ia memainkan kakinya membentuk lingkaran-lingkaran cukup besar di permukaan salju dengan ujung sepatu bootnya. Banana dan Lemon bergelundung di tengah-tengah lingkaran buatan itu. Sedikit gemetar --kedinginan mungkin.

Belle menyandarkan kepalanya ke batang pohon, menatap langit musim dingin yang begitu berkilauan. Manik abu-abunya berbinar tertimpa sinarnya. Gadis itu tersenyum kecil, seolah ia bisa melihat seseorang yang ia kasihi berada nun jauh di sana. Tidak --kali ini gadis itu tidak lagi menangis. Gadis kecil itu sudah sepenuhnya memahami dan bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya takkan pernah kembali di sisinya. Lagipula, dari surga, ayahnya telah mengirimkan begitu banyak pengganti "ayah" dan "kakak" untuknya. Tak seperti biasanya, kali ini Heart --gitar kesayangannya, tidak dibawanya. Cuaca terlalu dingin, jari jemari mungil gadis itu terasa kaku untuk bermain gitar di halaman. Jadi, ia tinggalkan gitarnya di kamar.

Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu membentur pohon yang menjadi sandaran bangku yang ia duduki. DUAKH! Belle terkesiap dan spontan berdiri. Mengintip dari balik pohon. Mengira-ngira apa yang menabrak pohon tersebut. Sesuatu yang berwarna merah putih dan bulat! Tiba-tiba sesuatu itu tertawa dan langsung menutup mulutnya sendiri.

Santa Claus?!


Belle memiringkan kepalanya, bingung. Ia memicingkan matanya, merasa mengenali sosok gempal tersebut. Ah! Ziggy, rupanya. Sahabat Chall, orang yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Sepertinya Ziggy tidak melihat dirinya karena tiba-tiba anak bertubuh gempal tersebut bersembunyi di balik pohon dan mengintip. Belle mengikuti arah pandangannya. Eh? Itu kan si kakak jutek di Toko Lelucon? Mau apa Ziggy mengintipi kakak itu? Gadis itu diam saja, mengamati. Dan dalam hitungan detik, Ziggy melemparkan sesuatu ke arah kakak jutek. Apaan? Bola salju?

Tak perlu menunggu jawabannya terlalu lama karena setelah tiga suara ledakan yang cukup besar, terciumlah bau yang sangat tidak enak. Membuat Belle mengernyit dan buru-buru menutup hidungnya. BOM KOTORAN!!

“Itu hadiah dari ku, Kak Elenaly bom kotoran yang cantik!” Belle mendengar Ziggy bergumam sambil terkekeh di balik pohon besar. Si bodoh itu tak sadar bahwa di balik pohon itu juga, ada seorang gadis manis yang terheran-heran menatap dirinya. Main salju pakai bom kotoran? Seru juga sepertinya. Gadis itu teringat bahwa dia pernah membeli dua buah bom kotoran dari toko lelucon. Ya, dilayani oleh kakak jutek yang menjadi korban pelemparan Ziggy kali ini. Gadis kecil itu segera merogoh tas putihnya, mencari-cari bom kotoran yang diingatnya ada di dalam tas tersebut. ADA! Saatnya kalian berdua menjalankan tugas, wahai bom kotoran.

Segera gadis kecil itu berlari ke arah kakak jutek. Entah kenapa, nalurinya berkata untuk berada di pihak kakak jutek. Woman intuition, maybe?

"Kak!! Orang itu yang melemparimu!! Si Kak Ziggy!!" seru Belle sambil berlari dan menunjukkan jari telunjuknya ke arah pohon di mana Ziggy bersembunyi.

Terengah-engah saat tiba di hadapan kakak jutek --terengah-engah karena berusaha menahan nafas saking baunya tempat itu sekarang, Belle menyodorkan sebuah bom kotoran pada kakak jutek itu. Yang satu lagi, untuk Belle pakai. Siapa tahu dibutuhkan di saat kritis. Ya, nggak?

"Pakai ini, Kak. Balas dia!!" ujar Belle tersenyum lebar.

*****

Demi daster bulukan Merlin. Demi bisul bernanah Merlin yang nyaris pecah. Belle benar-benar tidak habis pikir dengan senior berwajah manis yang ada di hadapannya ini. Gadis kecil itu sudah melakukan kebaikan dengan memberitahu dia bahwa pelaku pengeboman bau tersebut adalah Ziggy yang bersembunyi di balik pohon. Bahkan Belle dengan murah hati membagi satu bom kotoran miliknya untuk senior tersebut. Alih-alih ucapan terimakasih dan senyuman, Belle malah dihadiahi dengan gertakan kesal dan sebuah lirikan sinis yang tak cocok bertengger di wajah manisnya itu.

“Ah berisik! Kau mau menyuruhku mengebom pohon besar itu dan membayangkannya sebagai Ziggy,eh? Apa kau gila!?”

Tuh, kan. Belle bahkan disebut gila oleh senior jutek yang sepertinya bernama Elenaly(?). Jika mempertimbangkan orang yang menyebut nama tersebut adalah Ziggy yang kelihatannya punya hobi aneh dengan menambahkan imbuhan -ly di belakang setiap nama orang—contohnya saja Kak Challaza yang dipanggil dengan Challaly dan Kak Devin menjadi Devinly—bisa dengan mudah disimpulkan bahwa kakak jutek di hadapannya ini bernama Elena, tanpa imbuhan -ly. Belle yakin, orang yang juteknya seperti Elena takkan suka dipanggil dengan sebutan Elenaly. Gadis kecil itu terkekeh kecil.

"Kak Elenaly yang manis, di sana benar-benar ada Kak Ziggy. Pohonnya besar, makanya Kak Ziggy yang bundar-bundar itu bisa bersembunyi di baliknya dengan aman," ujar Belle membalas gertakan Elena. Jangan kira Belle takut digertak, ya. Gadis kecil itu sedikit mengernyit karena bau bom kotoran melekat pada tubuh kakak jutek itu.

Elena kemudian merapalkan mantra ke tubuhnya sendiri dan bau kotoran tersebut dalam sekejap menghilang. Belle bisa bernapas lega sekarang. Scourgify, ya? Bertambah satu lagi mantra yang Belle tahu. Kapan-kapan ia ingin mencoba merapalkannya. Siapa tahu ia beruntung seperti saat merapal Wingardium Leviosa.

Tiba-tiba saja Elena berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan Belle—memasang tampang sangar yang benar-benar tidak pas di wajahnya. Meski seram juga, sih. Mau gertak apa lagi, nih? Jangan-jangan dia mencurigai Belle yang melempar bom kotoran? Tuh, kan benar. Salah Belle juga menghampiri Elena begitu saja dengan membawa bom kotoran pula. Wajar saja kalau dia jadi dicurigai sebagai sang pelaku. Mudah-mudahan Ziggy tidak kabur dan tetap berada di balik pohon besar itu. Dan sepertinya memang demikian, karena tiba-tiba perhatian Elena beralih ke pohon tersebut dan kemudian berjalan mendekat kesana. Belle mengikuti gadis itu dari belakang, merasa ada sesuatu yang seru akan terjadi setelah ini. Belle tak mau ketinggalan.

“Kau—“

“Tadi itu kerjaan kau kan, bocah gendut sialan!” seru Elena sambil melempar satu bola salju yang tadi dipegangnya kearah Ziggy.

Hore. Perang bola saju kotoran dimulai!

*****

Keren!

Satu kata itulah yang terbersit kala gadis kecil berjaket beruang coklat itu melihat lemparan bola salju milik Elena masuk tepat ke mulut Ziggy, dia sempat terkejut karena mengira di dalam bola salju itu terdapat sebuah bom kotoran—untungnya saja tidak ada. Entah apa yang akan terjadi jika benar-benar ada bom kotoran disana, rasanya sulit untuk dibayangkan atau lebih baik tidak usah dibayangkan sama sekali. Terlalu mengerikan. Mungkin akan menyebabkan bau mulut permanen pada korbannya? Siapa yang tahu. Gadis kecil itu terheran-heran ketika melihat Ziggy malah menuangkan cairan berwarna merah ke mulutnya yang penuh dengan salju dan mengecap-ngecapkan mulutnya. Demi Merlin—dia bawa-bawa sirup di dalam tas? Benar-benar anak laki-laki yang aneh, batin Belle. Tapi sepertinya enak juga, pasti rasanya seperti es serut dengan lapisan sirup manis yang sering dibuatkan ibunya tiap musim panas.

Syuung—

Syuung—

Syuung—

Syuung—


Tiba-tiba saja suara timpukan bola salju beruntun terdengar lagi di telinganya. Dilempar oleh Ziggy pada seorang gadis berambut gelap yang tidak dikenalnya dan sekali lagi pada Elena. Belle sempat berpikir, apakah Ziggy menyukai Elena? Makanya dia begitu iseng menimpuki seniornya itu dengan bola salju dan bom kotoran. Banyak sekali anak-anak lelaki yang menyembunyikan rasa sukanya pada seseorang dengan berbuat iseng pada orang yang disukainya. Setidaknya, itu yang dia baca di novel-novel fiksi. Tak lama, Ziggy menghilang entah kemana. Mungkin kembali menjadi bola dan menggelinding ke suatu tempat untuk bersembunyi.

Gadis kecil itu merasa bahwa tak lama lagi dirinya pun akan menjadi sasaran timpukan si bundar berbaju santa claus itu. Dia cepat-cepat berlindung di balik pohon tempat ia duduk tadi—mengeluarkan sarung tangan berbulu dari kantong jaketnya. Kedua puffskeinnya bergelundung ke arahnya dengan gemetar kedinginan. "Ya, ampun. Aku lupa sama sekali bahwa aku kemari bersama kalian!" Gadis kecil itu buru-buru mengantongi kedua puffskeinnya dalam jaketnya yang hangat—menepuk-nepuknya perlahan sambil menggumamkan kata maaf. Kemudian Belle mulai mengambil segumpal salju dan membulatkannya dengan kedua tangannya, dia membuat cukup banyak bola salju untuk mulai berperang. Bom kotorannya masih tersimpan di dalam tasnya, belum berniat ia gunakan sekarang. Dan benar saja, tak lama kemudian Ziggy mulai menimpuki dia dengan bola salju—berwarna merah(?)

Syuung— DUARRR

Meleset. Belle terkekeh di balik pohon. Memencet hidungnya karena bau bom kotoran lagi-lagi memenuhi udara. Cih! Dasar Ziggy-manusia-bom-kotoran! Belle menggembungkan pipinya dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat—sebenarnya gadis kecil itu sangat senang. Dia belum pernah bermain seperti itu dengan teman-teman sebayanya, sih. Awas! Kubalas kau!

Syuung— DUARRR

Bola salju kotoran kedua tiba-tiba meledak lagi di belakangnya. Hampir saja mengenai Belle saat ia berdiri hendak melempar balasan, untung saja gadis kecil itu dengan sigap berjongkok. Tak sia-sia Belle belajar berpedang sejak kecil. Gerak refleksnya jadi terlatih dengan baik. Gadis kecil itu akhirnya dengan bersemangat memasukkan sebuah bom kotoran ke dalam bola salju dalam genggamannya. Cengiran lebar tersungging mantap di wajahnya, kristal abu-abunya berkilat karena semangatnya. Gadis kecil itu berdiri dan mengintip dari balik pohon. Tangannya sudah bersiap melempar.

Syuung— DUARRR

Ih! Si bundar itu punya berapa banyak bom kotoran, sih? Sepertinya sejak tadi tidak habis-habis. Baunya luar biasa, tahu? Belle mendengus gemas. Apalagi si bundar itu mencampur bola saljunya dengan saos tomat. Baunya jadi semakin busuk saja. Untung saja tiga lemparan beruntun itu tidak satupun mengenai Belle. Dia kan belum boleh merapal mantra Scourgify seperti Elena. Bisa repot kalau dia terkena timpukan si bundar yang maha harum itu.

Entah mengapa, tiba-tiba gadis itu merasakan desakan keras dari dalam hatinya untuk melepas jaket beruangnya dan meletakkannya di atas bangku panjang yang tadi ia duduki—Banana dan Lemon aman berlindung dalam kantong jaket yang hangat itu. Gadis kecil itu menggigil kedinginan karena dia hanya mengenakan dress coklat muda yang tidak terlalu tebal dengan celana panjang berwarna senada. Kali ini gadis itu harus melemparkan balasan pada si bundar. Dia tarik tangan kanannya ke belakang lalu sekuat tenaga mendorongnya ke depan, melemparkan sebuah bola salju berisi bom kotoran ke arah si bundar.Syuuut—Gadis itu tersenyum puas dan berharap lemparannya tepat sasaran. Namun tiba-tiba—

Syuung— DUARRR

Lemparan keempat dari si bundar tanpa diduga melesat langsung mengenai kening Belle yang mungil—membuat gadis kecil itu terjungkal ke belakang tanpa bisa ditahan.

Brukk.

Kini gadis kecil itu terkapar di atas selimut es yang dingin luar biasa dengan wajah merah penuh cipratan saos tomat yang berasal dari bola salju si bundar. Rambut pirangnya pun tak luput menjadi korban. Bau yang luar biasa itu kini tercium begitu dekat dengan hidungnya, membuatnya merasa mual dan ingin muntah. Demi Merlin, pencipta bom kotoran sepertinya memang sinting. Belle mengelus-elus keningnya yang terkena lemparan sambil mengernyit. Bisa-bisanya dia lengah seperti itu.

Gadis kecil itu perlahan berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang penuh salju, mengusap wajahnya agar bersih dari cipratan saos tomat. Kemudian dia melangkah hendak menghampiri Elena—ingin minta di-scourgify. Namun, baru satu langkah diambil, kaki kecil itu berhenti—mematung. Wajah gadis kecil itu tiba-tiba mengeras ketika melihat siapa yang sudah ada disana, berdiri di samping Elena dengan tatapannya yang melecehkan. Kristal abu-abu mudanya mengunci pandangannya pada sosok lelaki tinggi berambut pirang-platina. Prefek Sirius. Mau apa kakak-tak-berperike-kucing-an yang pernah menyebutnya 'bego' itu disini? Kelopak mata gadis kecil itu menyipit, menatap lurus ke arah Prefek Sirius tanpa menyembunyikan rasa tidak sukanya.

Ah! Tiba-tiba saja gadis itu mendapatkan sebuah ide cemerlang. Dia harus memanfaatkan keadaannya yang berlumuran saos tomat dan bau kotoran ini untuk mengerjai Prefek Sirius. Kini cengiran nakal terlukis di wajah mungilnya dengan sempurna.

Siap!

1..

2...

3....

Lari!


Belle berlari dengan cepat ke arah Prefek Sirius, memeluknya erat dan cepat-cepat menggosok-gosokan wajah dan rambutnya ke tubuh bagian depan anak lelaki itu, entah di perut, entah di dada, gadis kecil itu tidak peduli. Yang penting, niatnya tersampaikan.

Label: