<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://draft.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Hogwarts Express - Gerbong 2 Kompartemen 2
King's Cross - Peron 9 3/4
Toko Lelucon Gambol & Japes
Toko Tongkat Mr. Ollivander
Fleur de Lys
Florean Fortesque's Ice Cream Parlour
Toko Hewan Sihir
Kontrak Sihir
Surat Tahun Pertama
Biodata Nabelle


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Rabu, 04 November 2009 @ 00.44
`Seleksi Asrama




Belle tak sadar kapan ia tertidur di pundak Chall, yang ia ingat saat ia terbangun oleh tepukan lembut sang kakak adalah ia sudah tiba di stasiun Hogsmeade. Kak Chall menyuruhnya segera turun dari kereta setelah mengenakan seragam sekolah dan meninggalkan bawaannya di kereta. Katanya sih, semua barangnya secara ajaib akan ada di kamar asramanya nanti. Keren! Seandainya Belle boleh menyaksikan perpindahan barang itu. Namun, Kak Chall meyakinkan dia bahwa tak ada yang lebih mendebarkan ketimbang Seleksi Asrama.

Setelah mengucapkan sampai jumpa pada senior-seniornya yang ada di kompartemen, Belle setengah berlari mengikuti teman-temannya menuju ke arah sebuah lentera dimana seorang raksasa? tengah berdiri menanti anak-anak kelas satu.

"Anak kelas satu berkumpul di sini!" teriak orang besar yang kata teman-temannya bernama Rubeus Hagrid dan dia memang memiliki darah raksasa. Meski besar, Belle tidak takut melihat Hagrid karena ia melihat sorot mata Hagrid begitu lembut. Kontras dengan penampilannya yang seperti manusia gua.

Memang benar, ini dunia sihir. Segala hal yang ada disini membuatku terpesona. Aku ingin tahu lebih banyak lagi.

Belle sudah bertemu dengan miniatur naga milik Kak Devin, kini bertemu manusia separuh raksasa. Apalagi yang akan ia temui? Pikiran itu memicu adrenalinnya. Membuat gadis mungil itu berdebar-debar saking senangnya.

Setelah semua anak kelas satu berkumpul, mereka semua --termasuk Belle mengikuti Hagrid. Tak lama Gina, teman barunya bergabung di sampingnya. Mereka memasuki sebuah jalan setapak yang sangat kecil, gelap dan agak becek. Hanya Hagrid yang membawa lentera untuk menerangi langkah mereka.

Dengan terpukau, Belle memandangi sekelilingnya. Banyak sekali pohon dengan berbagai jenis. Keluar dari jalan setapak yang berkelok-kelok, terlihatlah sebuah danau luas. Langit malam membuat permukaan air terlihat berwarna hitam.

Beberapa anak menunjuk-nunjuk ke ufuk utara dan Belle mengarahkan pandangannya ke sana. Terlihat sebuah cahaya yang cukup terang --berasal dari sebuah kastil. Sekolah sihir yang akan menjadi tujuan mereka, para murid kelas satu.

Jadi, kastil itu akan menjadi sekolah sekaligus tempat tinggalku selama setahun ini? Luar biasa... Jauh lebih indah daripada kastil di buku-buku dongengku...

Di bawah kaki Belle banyak kerikil-kerikil yang sepertinya menjadi batas antara jalan setapak tadi dan danau hitam di hadapannya. Di pesisir danau, terlihat puluhan sampan kecil dengan sebuah lentera --tak berdayung. Hagrid meminta satu-persatu anak naik ke atas sampan. Satu sampan untuk empat orang.

Perjalanan di atas perahu memakan waktu sekitar 10 menit. Membosankan bila itu di dunia muggle. Tapi, hey, ini petualangan. Segala pemandangan di tempat ini adalah hal baru bagi seorang gadis kecil bernama Nabelle. Anak itu begitu bersemangat. Bernyanyi-nyanyi kecil di atas sampan, mengajak ketiga orang anak yang naik sampan bersamanya ikut bernyanyi.

Sekarang, di depan mereka terlihat bukit karang dan tirai sulur yang menutupi sebuah goa di danau tersebut. Bersama-sama mereka menundukkan kepala agar tidak basah terkena sulur-sulur itu. Mereka memasuki goa yang begitu indah, dipenuhi dengan stalaktit dan stalakmit yang berkilau. Belle ternganga.

Aku bersyukur aku dilahirkan sebagai penyihir... jika aku seorang muggle biasa, tak mungkin bisa melihat semua ini...

Tak lama, sampan kecil mereka berlabuh di sebuah pelabuhan kecil yang tampaknya ada di bawah tanah. Semua anak turun dari sampannya, kembali mengikuti Hagrid berjalan ke arah kiri. Mereka naik ke daratan berbatu karang dan kerikil. Lagi-lagi jalannya licin dan perjalanan dalam goa cukup jauh. Untung saja Belle memakai sepatu tanpa hak jadi tidak menyusahkan berjalan.

Belle sedikit kelelahan tapi semangatnya tak sirna. Malah dia semakin penasaran, apalagi yang akan dia temui di luar goa ini. Pintu keluar goa rupanya berhadapan dengan danau hitam tadi. Mereka semua berbelok ke kanan naik ke atas dengan hati-hati supaya tidak tergelincir. Begitu tiba di atas, mereka dihadapkan dengan hamparan rumput luas dan Kastil Hogwarts ada di hadapan mereka.

"Wow! Kastil yang luar biasa indah!" gumam Belle menatap kastil tersebut dengan mata berbinar.

Hagrid mengetuk gerbang kastil tersebut dan pintu itu terbuka. Mereka disambut seorang penyihir perempuan yang berwajah tegas. Tak perlu dipertanyakan, dia adalah seorang yang berpengaruh di sekolah sihir ini --wakil kepala sekolah Hogwarts, Profesor McGonagall.

Penyihir perempuan itu tak banyak bicara, hanya berjalan di depan anak-anak kelas satu. Menyuruh mereka masuk ke dalam kastil dan kemudian berbaris dua-dua karena acara seleksi asrama akan segera dimulai.

Ketika suasana sudah sunyi, pintu kayu besar di hadapan mereka terbuka.

Mata Belle kali ini dimanjakan oleh sebuah ruangan terbesar di dalam Kastil Hogwarts, Aula Besar. Dimana para murid Hogwarts berkumpul pada acara-acara penting.

Belle tak pernah membayangkan ada tempat seaneh dan sehebat itu. Bayangkan, aula ini diterangi ribuan lilin yang melayang-layang di atas empat meja panjang. Di masing-masing meja ada warna tertentu dan lambang di atas meja-meja seolah berbaris menurut empat warna yang ada.

Merah dan emas dengan lambang singa, Gryffindor. Asrama tempat kedua orangtua Belle dulu belajar. Belle menarik nafas kagum membayangkan kedua orangtuanya pernah duduk di sana.

Kuning emas dan hitam dengan lambang musang, Hufflepuff. Biru dan hitam dengan lambang burung gagak, Ravenclaw. Hijau dan hitam dengan lambang ular, Slytherin.

Mom sudah bercerita sedikit tentang kepribadian masing-masing asrama itu. Hufflepuff bijaksana dan setia kawan, Ravenclaw pintar melebihi yang lain, Slytherin melakukan apa saja untuk mendapat yang diinginkan. Dan Gryffindor yang berani.

Kedua orangtuanya yakin, Belle akan diterima di asrama yang sama dengan mereka. Keberanian si gadis kecil itu tak perlu dipertanyakan. Sudah cukup terlihat dengan keberaniannya menghadapi lingkungan baru sendirian selama di Leaky Cauldron. Belle sendiri sesungguhnya ingin berada di tempat yang sama dengan kedua orang tuanya. Mengenang almarhum ayahnya dan berjuang meraih impiannya menjadi auror seperti ayahnya di tempat yang sama dengan mereka. Ditambah lagi, ketiga kakak barunya semua ada di Gryffindor. Belle tak sabar ingin berpetualang dengan mereka di dunia sihir yang penuh keajaiban ini.

Tersenyum membayangi masa-masa yang akan ia lewati ke depan, Belle menengadahkan kepalanya, memandang dengan takjub sosok alam semesta yang tergambar di atap aula. Langit malam dengan bintang-bintang berkelap-kelip bersinar tanpa lelah, sungai antariksa yang gemerlap begitu indah. Apakah semua ini sihir? Benak lugu seorang Nabelle benar-benar dipuaskan oleh segala keajaiban yang ada di hadapannya. Manik abu-abu mudanya berbinar dengan semangat.

Belle berjalan terus sampai ke tengah Aula bersama dengan anak-anak kelas satu yang lainnya dan pintu besar tadi tertutup otomatis. Kemudian Profesor McGonagall maju ke depan, menyihir sebuah kursi kecil di depan Aula Besar dan meletakkan sebuah topi usang di atas kursi itu.

Dengan bingung, Belle memandangi topi usang itu. Memang, ibunya sudah bilang bahwa yang akan menyeleksi mereka adalah sebuah Topi yang sudah disihir. Namun Belle tak sangka topinya demikian jelek. Seolah akan hancur menjadi bubuk bilang disentuh terlalu keras.

Tiba-tiba topi itu meliuk dan dekat tepinya terbuka lebar seperti mulut. Topi itu mulai menyanyi. Selesai bernyanyi, topi itu membungkuk dan kembali diam.

Satu persatu teman-temannya dipanggil dan duduk di kursi itu. Dipakaikan topi usang yang dipercaya untuk menyeleksi mereka. Gina yang sejak tadi bersamanya pun sudah disebut namanya.

"Elsveta, Nabelle Marion."

Mendengar namanya disebut, Nabelle langsung berjalan dengan tegap lalu duduk di kursi itu. Memakai topi yang langsung melorot menutupi matanya.

Wahai topi, tempatkanlah aku di tempat yang paling cocok untukku. Aku anak yang pemberani, tegar dan kuat meski di luar aku tampak lemah. Aku ingin menjadi auror yang hebat dan kuat seperti Dad. Aku ingin berpetualang di sekolah ini, menjelajahi setiap sudut yang ada dengan kakak-kakakku dan teman-teman baruku.

Belle berdoa, menunggu hasil seleksinya

Label: