<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
I Want My DRAGON (ZEUS Pov)
I Want My DRAGON (Belle Pov)
I Want My DRAGON (SILVER Pov)
I Want My DRAGON (ZEUS Pov)
I Want My DRAGON (Belle Pov)
I Want My DRAGON (SILVER Pov)
I Want My DRAGON (Zeus PoV)
I Want My DRAGON (Belle PoV)
I Want My DRAGON (Silver PoV)
I Want My DRAGON (Zeus PoV)


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Selasa, 22 Desember 2009 @ 23.57
`I Want My DRAGON (SILVER Pov)

Pernah dengar kalau satu kebohongan akan membawa kepada kebohongan yang lain? Itu nampaknya benar adanya jika melihat kepada situasi yang sedang Silver hadapi sekarang ini. Ia berbohong tentang kucing ini dan ini menimbulkan banyak pertanyaan lain dari si gadis kecil yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Dia itu—ravenclaw ya? Pantas saja. Anak-anak Gryffindor setahu Silver juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, namun berbeda dengan Ravenclaw. Para singa itu akan mengexplore sendiri hal itu dengan suatu kegiatan yang terlihat—meski ujung-ujungnya mereka akan merusuh. Dan satu ketakutan lagi setelah kelegaan menghampirinya. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu akan membawa kepada suatu akhir yang justru akan membongkar kebohongannya.

Ia harus menghentikan pertanyaan Belle!


Err—terdengar seperti cerita action sekarang. Ehem.

"Papa hebat! Bagaimana cara melatihnya? Tadinya Belle pikir setiap hari harus berburu sapi untuk Boris, lho!" gadis kecil itu langsung saja percaya dan pertanyaan polos yang masuk akal nya membuat Silver kaku. Ia masih tersenyum sambil menunjukkan gigi putih kinclong nan mengkilapnya, tapi ia merasa gigi itu rasanya akan rontok sebentar lagi. Untung saja dia memang sudah botak dari sananya, jadi tak perlu khawatir rambut nya akan gugur satu persatu. Silver menggaruk-garuk pelan pipi nya yang kecoklatan selagi otaknya berpikir. Dia benar-benar butuh air minum untuk membantu berbicara dengan lancar.

“Err—gampang kok!” ujar Silver sambil mengacungkan ibu jarinya. Tiba-tiba saja dia teringat tentang anak ayam nya yang begitu lahir melihat muka Silver—ketika ia masih kecil—dan langsung mengikuti Silver kemana-mana. Kata ibunya, anak ayam itu menyangka Silver adalah ayahnya karena anak itu lah yang dilihatnya pertama kali. Sampai-sampai ayam itu pun diajari Silver berkaca terus tiap hari. Jadilah ia sama narsisnya dengan Silver. Bila melihat sebuah cermin, pasti akan berhenti dihadpaan cermin itu beberapa lama. “Karena begitu lahir, naga kecil yang manis ini sudah ditaruh bersama seekor kucing betina yang baru saja melahirkan. Jadi dia merasa kucing itu adalah ibunya dan anak-anak kucing lainnya adalah saudara-saudaranya. Secara tak sadar, sikapnya pun menjadi mengikuti kebiasaan kucing,” sesaat ia merasa telah berubah profesi menjadi guru Biologi.

Silver memandangi gadis itu tanpa bisa berkata-kata. Dia asik sekali bermain dengan naga yang sama sekali tidak berbahaya karena itu memang bukan naga. Dengan iseng, Belle meniup hidung Boris. Mungkin ingin melihat api yang menyembur. Tapi sayang sekali, hal itu tak akan terjadi. Silver kembali menggosok kepalanya. [color] "Hehe. Boris lucu sekali ya, Pa! Belle suka sekali! Tapi, kenapa dia tidak menyemburkan api, ya?"[/color] pertanyaan lain muncul. Jika Silver salah menjawab, hancur sudah masa depan indah nan damai. Rasa-rasanya kepala nya tak lagi bersinar indah saking nervousnya.

’Ingat, salah berbicara akan gawat.’

“Itu karena—aku telah memantrainya. Tak bisa kukatakan apa mantranya sekarang. Itu mantra—err—orang dewasa! Ya ya,” ujar Silver sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Ia merasa kagum juga dengan dirinya yang bisa mengarang cerita sehebat itu. Tiba-tiba rasa bangganya mengalahkan perasaan takut yang tadi sempat mendominasi dirinya.

"Baby Belle? Kaukah itu?" Sebuah suara mengganggu acara romantic pemberian hadiah Silver dan Belle. Dengan keanggunan berlebihan, Silver menolehkan kepalanya dan ia menangkap sesosok pria berambut perak dan berkulit putih. Tidak gentle bagi seorang Silver yang berbadan tinggi dan besar, perpaduan antara keren berotot dan seksi tak tercela. Anak bocah itu masih tak ada tandingannya baginya. Dan tadi dia panggil Belle apa? Baby? Ck ck ck. "Kamu siapa? Kok tahu nama Belle?"Mari kita simpulkan. Belle tak kenal dia siapa, namun dia mengenal siapa itu Belle. Jawabannya adalah, bocah itu stalker.

Silver berdiri, membuat perbedaan tinggi diantara kedua nya jelas terlihat. Pemuda itu menepuk pundak kecil sang bocah lelaki lalu berbicara dengan suara berat khas orang dewasa. “Hey nak. Kamu stalker ya? Tidak boleh itu,” ujar Silver sambil menggerak-gerakan jari telunjuknya ke kanan dan kekiri. “Sana beli kan aku minum,” Silver melanjutkan sambil menepuk punggung bocah itu. Tak ada maksud apa-apa, hanya saja ia memang benar-benar haus. Tak mungkin menyuruh Belle membeli minum. Dia pergi sendiri sih bisa, tapi meninggalkan Belle berdua dengan bocah itu? Terlalu beresiko. Jadi, memang harus bocah itu yang pergi. Fufufu.

Label: