<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/6077693976780833028?origin\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
I Want My DRAGON (Zeus PoV)
I Want My DRAGON (Belle PoV)
I Want My DRAGON (Silver PoV)
I Want My DRAGON (Zeus PoV)
Diary Entry #1
Kelas Terbang
Half Alive
Om, ganteng deh. Jangan ya :)
Kelas Ramuan Pertama
Event Halloween Ball part 3


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Selasa, 22 Desember 2009 @ 23.51
`I Want My DRAGON (SILVER Pov)

Izinkan Silver berkomentar. Nampaknya anak laki-laki ini memang bukan sepenuhnya penguntit. Nampaknya ia benar-benar kenal dengan Belle sampai-sampai menceritakan tentang keluarga gadis ini sedemikian detilnya. Belle masih terisak didalam pelukan Silver dan pemuda ini merasa canggung berada di dalam pembicaraan mereka yang seharusnya bersifat pribadi. Belle memang memanggilnya Papa, tapi mereka juga tak bisa dibilang sudah cukup dekat untuk Silver mengetahui hal-hal tentang keluarga Belle.

"Dia teringat pada almarhum ayahnya karena wajahku memang mirip dengan beliau," adalah jawaban dari Pierre dan itu juga jawaban dari tangisan Belle ini. Tadi Belle yang bingung dan kini Silver yang bingung. Seumur hidupnya ia belum pernah dibawa-bawa dalam masalah pribadi seperti ini. Ia bingung harus melakukan apa. ’Ayolah kepala indahku. Kepala pintarku. Kepala yang selalu memberi ide, beritahu apa yang harus kulakukan,’ gumam Silver. Berusaha untuk mentrasfer pikirannya sehingga kepala keramatnya bisa memberikan ide untuk Silver.

"Belle tak ingat apapun. Sama sekali. Apa saja yang Belle lakukan sebelum hari itu? Belle tak ingat!! Bagaimana bisa?!"

Dan sekarang Belle histeris karena tak bisa mengingat apapun. Bahkan ia tak ingat dengan sosok Pierre yang katanya adalah kakak sepupu Belle. Silver tak tahan melihat anak kecil segitu terpojokkan seperti ini. Ada dua hal yang bisa dilakukannya sebagai orang dewasa disini. Dan sebagai orang luar. Pertama, ia menyingkir sebentar dari keduanya dengan alasan membeli makanan atau minuman. Jadi mereka berdua bisa mengobrol hal pribadi lainnya tanpa ada Silver yang menguping. Kedua, meminta Pierre untuk berhenti membahas masalah ini karena Belle akan merasa tersakiti secara psikologis dan mentalnya.

Atau bahkan ia melakukan kedua nya?

"Kalian berdua... pacaran?"

Apa terlihat seperti itu?

“Apa yang kau katakana, kiddo,” ujar Silver sambil mengusap sekali kepala botak mengkilatnya. “Tentu saja semua wanita adalah wanita ku,” ujar nya lagi sambil mengacungkan ibu jarinya. Dan itu ia lakukan tanpa sadar alias refleks. Dan sedetik kemudian ia menyesal. Ini bukan saatnya untuk bercanda. ’Sialan bocah ini,’ ujarnya dalam hati. Ia kemudian mengusap-usap punggung Belle kecil, berusaha menenangkannya. “Duduk dulu disini. Dan minum butterbeernya,” ujar Silver sambil menepuk bangku disebelahnya dan menyodorkan Butterbeer. Setelah itu ia berdiri dan memandang kearah Pierre dengan tatapan sedemikian rupa. “Aku pergi membeli air mineral dulu. Seperti nya kau membutuhkan itu. Dan mungkin sedikit makanan manis,” ujar Silver kepada Belle tapi ia tetap tidak melepaskan pandangannya dari wajah Pierre.

’Ikut aku,’ ujar Silver tanpa bersuara dan hanya mengandalkan gerakan mulutnya. Setelah itu Silver berjalan agak jauh dari Belle agar apa yang akan ia sampaikan nanti kepada Pierre tak terdengar oleh gadis kecil yang sedang panik itu. “Kau jangan paksa lagi Belle untuk mengingat hal yang telah terlupa olehnya. Setidaknya lakukan itu dengan perlahan. Itu hanya akan menyakitinya,” ujar Silver. Meski ia tak menaruh kalimat ancaman, tetapi semua yang ia bicarakan tadi penuh dengan nada ancaman. Awas saja jika Belle sampai menulis surat padanya yang berisi Pierre telah membuat tidur anak gadis itu tak nyaman.

Setelah itu Silver berjalan menjauhi mereka untuk mencari makanan—sekalian memberikan mereka berdua waktu untuk mengobrol. Yeah mengobrol. Bukan memojokkan gadis kecil itu.

Label: