<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/6077693976780833028?origin\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Kelas Terbang
Half Alive
Om, ganteng deh. Jangan ya :)
Kelas Ramuan Pertama
Event Halloween Ball part 3
The Tale of Macturian
Event Halloween Ball part 2
Event Halloween Ball
Berburu Naga Kerdil
Another Universe versi preman


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Rabu, 16 Desember 2009 @ 18.06
`Diary Entry #1

Someday in Autumn 1984
21:00


Dear Diary,

Sekitar jam empat sore tadi terjadi sesuatu yang aneh pada diriku. Awalnya, aku sedang membaca surat dari Granny sambil menikmati brownies pemberiannya di atas pohon maple yang besar. Aku tak sangka, aku ternyata masih bisa memanjat! Kalau Ms. Leona dan Mom tahu, mereka pasti akan menceramahiku dengan kuliah tentang tata krama dan etika selama berjam-jam. Untung saja di Hogwarts, mereka tak bisa melihatnya. Karena kejadian selanjutnya pasti akan membuat mereka menambah ceramahnya masing-masing dua jam. Dan itu adalah pilihan yang buruk.

Aku tak berencana untuk jatuh, sungguh. Siapa, sih yang cukup bodoh untuk jatuh dari dahan kokoh pohon maple dengan sengaja? Kau tahu, Diary? Saat aku sedang makan tadi, ada seorang gadis seusiaku dari asrama musang yang tak sengaja menerbangkan pita rambutnya yang berwarna perak dan pita itu tersangkut pada ranting pohon maple-ku, bahkan tepat di dahan yang kududuki. Kau tahu, aku ini tak bisa diam saja melihat orang lain kesusahan, apalagi aku merasa aku mampu mengambilkan pita itu untuknya. Jadi, aku merangkak di dahan pohon, merayap perlahan sampai ke ujung hingga aku bisa meraih pita perak yang indah itu.

Ya, ya, setelah itu aku terjatuh karena ternyata dahan di bagian ujung itu tidak kuat menahan bobotku. Ya, aku terjatuh, Diary. Tidak langsung menghantam tanah karena saat itu ada Kak Arsha yang sedang duduk berteduh di bawah pohon maple-ku dan tubuhku jatuh tepat di kedua kakinya yang sedang bersila. Hanya keningku yang sempat terantuk batu kecil sehingga terluka. Di sana ada beberapa anak lain yang tidak kuingat namanya, hanya Saga yang kukenali selain Kak Arsha, itupun karena dia sekelas denganku. Anak itu cukup menyebalkan, ya. Dia bukannya membantu malah menyindir-nyindir dan menertawakan aku, lho.

Bagian teranehnya adalah saat Kak Arsha memberitahuku bahwa keningku terluka. Aku mengusap dahiku yang ternyata cukup banyak mengeluarkan darah dan ketika aku menatap telapak tanganku yang sedikit ternoda darah pada dua jemari, tahukah kau apa yang terjadi? Aku seperti mengalami kilas balik, dejavu. Aku melihat kedua telapak tanganku berlumuran darah, banyak sekali dan itu terlihat sangat nyata di mataku bahkan aku bisa mencium bau amisnya. Jelas bukan sekedar gambaran yang terwujud dalam benak semata. Dan pada akhirnya, aku mendengar teriakan keras di sekelilingku. Suara Mom, suara Dad dan suaraku sendiri.

Diary, tahukah kau apa maksud semua ini?

Darah siapa yang berlumuran di tanganku? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi?

Yang aku ingat adalah telapak tanganku terlihat lebih kecil daripada telapak tanganku sekarang, jadi bila itu sebuah kejadian nyata pastilah terjadi beberapa tahun yang lalu—saat Dad masih hidup.

Tapi kapan?

Aku sama sekali tak bisa mengingatnya.

Haruskah kuanggap itu sebuah halusinasi belaka karena kepalaku terantuk cukup keras?

Entahlah, rasanya jawaban itu tak bisa memuaskan aku.



Sincerely,

Nabelle M. Elsveta

PS: Kejadian yang diceritakan pada diary ini adalah kisah yang terjadi pada "Half Alive"

Label: