<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Come and Play With Me -Thread Reza-
Fitness? -Thread Kak Jose F. Dawne, prefek Gryffin...
Seleksi Asrama
Hogwarts Express - Gerbong 2 Kompartemen 2
King's Cross - Peron 9 3/4
Toko Lelucon Gambol & Japes
Toko Tongkat Mr. Ollivander
Fleur de Lys
Florean Fortesque's Ice Cream Parlour
Toko Hewan Sihir


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Rabu, 04 November 2009 @ 11.02
`Pesta Awal Tahun 1984




Kumohon..
Aku ingin di asrama yang sama dengan orang-orang yang kusayang..


"RAVENCLAW!!"


Belle terlonjak.

Apa? Ravenclaw? Belle terkesiap. Kaget dan tak menduga apa yang telah diteriakan sang Topi Seleksi itu. Tenggorokannya serasa tercekat. Perlahan gadis kecil itu melepas topi kumal yang telah seenaknya menentukan kehidupan 7 tahun mendatangnya, meletakkannya kembali di kursi. Kedua tangan kecilnya gemetar.

Aku bukan di Gryffindor?

Aku... Ravenclaw...



MEJA RAVENCLAW

Perlahan Belle melangkahkan kaki mungilnya ke arah Meja berwarna biru dengan lambang gagak --sedikit terhuyung. Pandangannya kini buram oleh embun yang diciptakan matanya. Bukan berarti dia tidak suka Ravenclaw, toh dia tak tahu apa-apa soal asrama dan tetek bengeknya. Namun, dia kecewa karena tak bisa memenuhi keinginan kedua orangtuanya yang berharap dia juga ada di tempat yang sama dengan mereka.

Belle memalingkan wajahnya ke arah meja berwarna merah itu. Memandangi beberapa teman-temannya yang terpilih disana. Menatap wajah-wajah kakak yang dia sayangi. Kenapa dia harus dipisahkan dari mereka? Apakah ada kesalahan?

Tidak, Mom bilang Topi Seleksi tak mungkin salah..
Jika memang ia memilih Ravenclaw untukku..
Berarti memang disanalah tempatku..

Dad, apa aku bisa jadi sepertimu?


Tak ia dengar pidato dari seorang guru baru yang kemayu. Tak ia dengar pidato berapi-api dari seorang Ketua Muridkompeten yang baru. Dia tak mendengar apapun, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Bruk..

Melamun memang tidak baik untuk penglihatan. Lihat saja sekarang Belle menubruk seseorang dengan indahnya. Seseorang yang memiliki sepasang mata berbeda warna --merah dan biru (Mr. Thanatos, red).

Kakak di toko bunga!! Hyaaa--

Belle segera menundukkan kepalanya dan sekali lagi kecerobohan mengikuti si gadis kecil itu. Kepalanya bertumbukan cukup keras dengan kepala pemuda itu.

"Aw!!"

Makanya, jangan suka melamun kalau sedang berjalan. Okay?

*~*~*


Apakah yang dinamakan kebodohan itu menular?
Apakah kebodohan itu akan menjadi semakin parah apabila satu kali saja dia menempel di tubuhmu?

Entah sudah berapa kali gadis itu melakukan kebodohan demi kebodohan.

Apabila Ms. Leona melihatnya, mungkin gadis itu akan ditegur dan dimarahi. Guru privatnya yang masih muda itu entah mengapa begitu terobsesi dengan tata krama, etiket dan tetek bengeknya --bangsawan wannabe, maybe.

Tak terhitung sudah berapa kali pergelangan kaki mungil gadis itu terkilir karena dipaksa berjalan menggunakan high-heels pada usianya yang masih sangat muda. Entah sudah berapa kali gadis kecil itu terjatuh saat belajar berjalan dengan meletakkan 2 tumpuk buku tebal di atas kepalanya. Gadis kecil itu hanya diam, tak berniat melaporkan hal itu pada ibunya. Bukan karena dia takut pada guru privatnya, semua hanya untuk memuaskan kerinduannya pada kehidupannya di Russia, terlebih lagi pada sang ayah. Sebuah pikiran polos dari seorang gadis kecil berusia 7 tahun yang baru kehilangan sang ayah. Baginya, belajar menjadi wanita yang anggun akan membawanya semakin dekat pada sang ayah.

Belum. Saat itu dia belum tahu kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan pahit bahwa sang ayah yang dia rindukan sebenarnya sudah tiada.

Tidak. Ms.Leona bukan orang yang jahat. Dia hanya seorang gadis muda yang tegas dan cukup otoriter. Tapi dia menyayangi Belle dengan caranya sendiri.

Dan saat ini, betapa Belle merindukan teguran dari guru privatnya itu. Agar dia mampu menghentikan segala kebodohannya dan kembali pada ketenangannya yang semula. Tapi, itu tak mungkin. Kini di hadapannya --sedang bersirobok dengan manik abu-abu mudanya, adalah sepasang mata berlainan warna yang cantik. Namun tatapan mata yang cantik itu tidak lembut. Itu tatapan marah. Marah karena kebodohan si gadis kecil yang telah 2 kali berturut-turut membenturkan kepalanya dengan kepalanya sendiri.

Denyut rasa sakit yang dia alami pun terasa jauh, meski tangannya dengan refleks mengusap pelipisnya yang memerah.

"apa yang kau—" lafalnya terhenti, "—lakukan?"

Belle terkesiap. Embun yang sejak tadi menghalangi pandangannya, perlahan berubah menjadi setitik kristal bening yang mengalir ke pipinya. Gadis itu memaksakan dirinya tersenyum.

"Err.. me... menabrakmu, Kak... tak sengaja... Maaf," ujar gadis itu --tak berani membuat gerakan sekecil apapun.

Matanya mencuri pandang ke meja para singa. Melemparkan tatapan memohon bantuan pada kakaknya yang ada disana.

Label: