<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Seleksi Asrama
Hogwarts Express - Gerbong 2 Kompartemen 2
King's Cross - Peron 9 3/4
Toko Lelucon Gambol & Japes
Toko Tongkat Mr. Ollivander
Fleur de Lys
Florean Fortesque's Ice Cream Parlour
Toko Hewan Sihir
Kontrak Sihir
Surat Tahun Pertama


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Rabu, 04 November 2009 @ 00.52
`Fitness? -Thread Kak Jose F. Dawne, prefek Gryffindor tahun Keenam-




Senangnya.. kemarin saat sedang berjalan-jalan menjelajahi Hogwarts, Belle menemukan sebuah danau yang indah. Dia jadi teringat dengan danau yang ada di dekat rumahnya di London. Tempat ini dengan mudah jadi tempat favorit Belle di Hogwarts. Karena itulah hari ini Belle datang lagi sambil membawa Heart, gitar pink kesayangannya. Dengan cepat mengambil tempat di pinggir danau, duduk dan mengeluarkan Heart dari sarungnya.

Belle menarik napas panjang, tersenyum memandangi segala keindahan yang ada di hadapannya. Melemparkan pandangan ke sekelilingnya. Ada seorang lelaki yang jelas adalah seniornya sedang berdiri tak jauh darinya. Tubuhnya tegap dan tinggi. Namun, tiba-tiba lelaki itu membuka bajunya. Belle terbelalak. Dia tak pernah melihat tubuh lelaki lain selain milik almarhum ayahnya. Belle mengalihkan pandangannya dengan wajah memerah. Kaget luar biasa.

Demi kutil Merlin yang mancung, perut cowok itu melendung!

Belle menahan tawanya. Menyembunyikan wajah di balik tubuh Heart yang bulat. Ha-Ha-Ha... orang itu masih muda tapi perutnya seperti om-om... maafin Belle ketawa yaaa...

Tak lama ada seseorang memanggil lelaki itu “OY, SENIOR DAWNE!” Seorang gadis yang memakai tongkat penyangga di kakinya menghampiri om eh lelaki itu.

"Jadi, namanya Dawne," batin Belle sambil tersenyum.

Belle membetulkan posisi gitarnya. Tak peduli dengan kakak melendung atau kakak berpenyangga. Saat ini, Belle hanya ingin menikmati suasana sambil sekedar melakukan hobinya. Barangkali nyanyiannya bisa menjadi hiburan bagi yang mendengar.

Petikan gitar mulai bersenandung lembut seiring gerakan jemari Belle. Sambil memejamkan mata, Belle menengadahkan kepala ke langit. Mempersembahkan sebuah lagu untuk sang ayah yang ada di surga.

You tucked me in, turned out the light
kept me safe and sound at night
Little girls depend on things like that

Brushed my teeth and combed my hair
Had to drive me everywhere
You were always there when I looked back

You had to do it all alone
Make a living, make a home
Mustv’e been as hard as it could be

And when I couldn’t sleep at night
Scared things wouldn’t turn out right
You would hold my hand and sing to me


Caterpillar in the tree
How you wonder who you’ll be
Can’t go far but you can always dream

Wish you may and wish you might
Don’t you worry, hold on tight
I promise you there will come a day
Butterfly fly away

Butterfly fly away (Butterfly fly away)
Got your wings, now you can’t stay
Take those dreams and make them all come true

Butterfly fly away(Butterfly fly away)
You’ve been waiting for this day
All along and know just what to do

Butterfly, Butterfly, Butterfly
Butterfly fly away

Butterfly fly away

Butterfly fly away


Setetes kristal cair menetes dari mata Belle. Bukan airmata kesedihan, hanya airmata rindu pada almarhum ayahnya.

"Dad, aku pasti akan jadi kupu-kupu yang terbang tinggi menggapai impian dan menjadikannya nyata...," gumam Belle lirih.

*~*~*

“Indah, benar-benar pertunjukkan musik yang sangat indah, miss.”

Sebuah suara menyadarkan Belle dari lamunannya. Dengan cepat ia mengusap air matanya dan menolehkan kepala ke arah suara tersebut berasal. Menyunggingkan seulas senyuman pada seorang gadis berambut pirang yang cantik. Seniornya, sudah jelas.

"Terimakasih, Kak."

Senior tersebut kemudian melangkah ke arah Kak Dawne melendung dan kakak berpenyangga yang kemudian diketahuinya bernama Levina. Kumpulan itu rupanya sudah bertambah dengan seorang anak gadis sebayanya dan seorang senior yang pernah dijumpainya di Diagon Alley, saat main dandan-dandanan dengan Orateli, Vika dan Donna. Kalau tak salah namanya Hyl... Hylhymn.

Tak ada salahnya bila aku bergabung dan sekedar menyapa mereka, bukan?

Belle menyarungkan gitar pinknya dan bangkit berdiri. Dengan gitar di gendongannya, gadis itu melangkah perlahan ke arah orang-orang itu berkumpul. Rambut pirang panjangnya yang berombak melambai indah tertiup angin yang bertiup lembut. Terlihat bercahaya ditimpa sinar sang surya. Manik abu-abu mudanya berbinar saat mendengar senior berambut pirang itu berkata pada gadis yang sebaya dengannya, “Sebaiknya jangan berenang di sini, miss. Kau tahu kan danau ini tidak aman? Ada makhluk gaib yang tinggal di dalamnya.”

Makhluk gaib?! Jangan-jangan kakak melendung itu buka baju karena hendak menyelam dan berburu makhluk gaib!

"Hai, Kak Hylhymn. Hai semuanya. A...," tiba-tiba kegugupan menguasai gadis mungil itu, "A... Apakah kalian hendak berburu makhluk gaib di dasar danau ini?"

Oops, Belle. Mungkin itu pertanyaan yang bodoh...


*~*~*

Kebanyakan melamun bisa membuatmu berhalusinasi. Tidak tahu darimana teori itu, hanya saja hal tersebut terjadi pada Nabelle Marion Elsveta. Wajar, sih. Berada di tempat baru dengan orang-orang baru dan seragam baru, oke-- yang terakhir tidak nyambung, sedikit membuat Belle kebingungan. Dia tak terbiasa bersosialisasi dengan anak-anak sebayanya. Dan sekarang begitu banyak anak sebayanya bertebaran di seluruh lingkungan Hogwarts. Memulai percakapan memang tidak mudah, tahu.

"Tentu tidak, miss. Aku baru saja mau beraktivitas," jawab Prefek Dawne melendung sambil menyunggingkan sebuah senyuman tipis.

Lho? Kok sudah pakai baju lagi? Tidak jadi menyelam?

"Jawabanku sama seperti dia. Penampilanku tidak berkata seperti itu, kan?" balas Hylhymn sambil diiringi senyuman.

Belle menatap pada kedua lelaki besar itu --nyengir lebar. Tiba-tiba dia merasa bodoh minta ampun. Bisa-bisanya dia melemparkan pertanyaan yang sudah jelas akan seperti ini jawabannya. Rasanya ia ingin bersembunyi dalam lubang Heart, gitar kesayangannya. Sayangnya, lubang itu terlalu sempit untuk Belle. Tak ada tempat untuk sembunyi. Belle harus menunjukkan keberaniannya. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat untuk menahan rasa malu. Wajahnya memerah, dia tahu.

Ayo, Belle. Perbaiki ketololanmu. Behave, Lady Elsveta.

"Oh, iya. Namaku Belle, kelas 1, Ravenclaw," ujar Belle cepat sambil mengulurkan tangannya, "Jadi, kalian sebenarnya mau melakukan apa, sih? Memancing?"

Bodoh, Belle. Penyihir sih, tak perlu memancing segala. Tinggal 'lep' merapalkan abrakadabra atau sim salabim maka ikan-ikan akan langsung berlompatan di darat.

Belle menggaruk kepalanya. Bingung. Tak percaya dirinya jadi se-bloon itu. Saat ini untuk Belle, sepertinya diam adalah emas.

*~*~*

“Andai aku tahu cara berburu yang tepat. Aku mau menangkap satu atau dua ekor duyung sekaligus,” kata kakak cantik itu tiba-tiba.

Manik abu-abu muda Belle berbinar-binar menatap sosok gadis cantik di dekatnya itu. Memandang penuh kekaguman.

"Disini ada duyung? Seperti di film kartun Little Mermaid? Belle mau lihat!!"

"Hai, Belle... Salam kenal. Oh iya, kalian dapat memanggilku Glad. Gryffindor kelas satu" ujar gadis di hadapan Belle.

Glad. Gadis kecil di hadapannya itu bernama Glad. Dan dia bilang, dia diterima di Gryffindor? Ouch... kenyataan itu meruntuhkan kegairahan Belle pada duyung.

You must be GLAD to be there...

Tak terhindarkan, rasa sakit seperti diiris terasa begitu nyata di dada gadis kecil itu. Anak itu diterima di asrama yang ia inginkan. Apakah anak itu senang? Ataukah anak itu merasa hal yang sama dengan dirinya saat ini? Apakah anak itu mau jika dia ajak bertukar asrama? Dan bila anak itu mau, apakah sekolah akan mengijinkan?

Pikiran yang sia-sia...

Belle tertunduk sebentar. Berusaha keras untuk tetap tersenyum.

“Aku Rexsilva Zaelfiques, kalian boleh memanggilku dengan sebutan apa pun. Asalkan, jangan ‘Silva’! Senior Rex, lebih diutamakan," gadis cantik itu juga memperkenalkan diri.

"Senang berkenalan denganmu, Glad dan Senior Rex...," ujar Belle lirih.

"Nah, bagaimana? Jadi mau bermain tarik tambang? Kalau tidak, Glad akan berkemah saja di tepi danau ini"

Ha? Penyihir juga main tarik tambang?

“Aku sih mau saja asalkan jumlah anak yang bermain banyak dan lagipula apa mereka mau bermain di udara panas,”ucap Rex sambil menolehkan pandangan ke sekelilingnya. Berputar melihat semua anak. “Oh,ya kau mau berkemah sampai kapan Glad? Jangan sampai malam hari atau kau akan terkena detensi!”

Belle terdiam. Rasa iri pada Glad tak mudah dihilangkan.

"Aku kurang enak badan. Aku tidak ikut main, deh. Omong-omong, kau serius mau berkemah disini, Glad?" ujar Belle akhirnya.


*~*~*

Hari demikian panas, membuat badan Belle semakin terasa tak enak. Mungkin ada baiknya ia kembali ke kastil dan beristirahat di kamar. Lagipula, di sini semakin ramai. Belle tidak terlalu nyaman dengan keramaian. Ia suka berteman, tapi kalau terlalu ramai begini, rasanya bising. Ataukah karena ia sedang tidak fit?

Well, setidaknya ia harus menyapa senior-senior yang baru datang ini kan? Basa-basi itu perlu, ia tak suka dianggap sombong dan semacamnya.

"Halo, para senior... Namaku Belle. Salam kenal, ya," sapa Belle pada semua senior (kecuali Prefek Dawne, Hylhimn dan Senior Rex).

Nampaknya Prefek Dawne bukan hendak berburu makhluk gaib ataupun duyung disini, senior itu hanya hendak berolahraga. Diet, katanya. Jangan-jangan saat Belle melihat sang prefek telanjang dada dengan perut melendung itu adalah vision, bukan halusinasi. Aneh, ia belum pernah mengalami hal itu sebelumnya.

Penasaran, didekatinya sang Prefek dan dengan polosnya, Belle mengulurkan tangan dan meletakkan telapak tangan mungilnya di perut Prefek Dawne. Mengerutkan kening dan sedikit mengusap-ngusap permukaan perut itu. Tak peduli pada reaksi apapun dari sekitarnya.

Ternyata memang melendung seperti yang kulihat tadi.

"Wah... se,"


Tiba-tiba indera pendengarannya mendengar sesuatu yang mengagetkan, disusul dengan teriakan histeris seekor kucing.


BYUR!

“MIAAAAW!”

Belle menolehkan kepala ke arah suara itu dan melihat sosok bulat putih melayang karena tendangan seseorang yang tidak berperike-kucing-an. Dan sosok bulat putih itu dengan sukses nyemplung di danau yang hitam.

Belle melotot kaget. Mulutnya ternganga. Tanpa segan-segan ia berlari menghampiri kakak-tak-berperike-kucing-an tersebut dan menendang betisnya dari belakang. Maunya sih nendang bokongnya. Apa boleh buat, kaki pendek Belle tidak sampai.

"Jahat!!" teriaknya pada senior itu.

Kemudian gadis kecil itu berlari ke arah danau. Mencari-cari kucing itu. Gelembung-gelembung akibat rontaan si kucing terlihat lemah, tanda bahwa kucing malang itu mulai tenggelam dan kehabisan tenaga.

Gadis itu berbaring di tanah, sedekat mungkin dengan tepi danau. Memasukkan tangan ke dalam air, berusaha mencari kucing malang itu. Nihil. Tangannya tak mampu meraih kucing malang itu.

Bagaimana ini?

Tanpa pikir panjang, gadis itu berdiri, memencet hidung dan melompat ke danau. Tak peduli pada makhluk gaib, duyung, atau apapun. Yang ada di otaknya saat ini hanya menolong binatang malang itu.

Gadis kecil itu menyelam dalam air hitam. Sulit untuk melihat. Untunglah si kucing malang belum tenggelam terlalu dalam. Belle segera meraihnya dan berusaha berenang secepat mungkin ke darat dengan seekor kucing mencakar-cakar di pelukannya. Meski cuaca panas, tetap saja dingin kalau basah.

Dan tiba-tiba saja kakinya sakit, kaku dan tak bisa dia gerakkan.

Sial! Aku kram! Demi jerawat bomber Merlin!!

Gadis itu dengan panik berteriak, "Tolonggggg!!"

Dia mulai tenggelam. Kepanikan membuat gadis kecil itu menelan banyak air. Namun dia tetap memeluk erat kucing itu.

Maaf ya, penolongmu ikut tenggelam juga.


*~*~*

Timingnya terlalu cepat. Sebentar gadis itu sedang mengelus-elus sebuah permukaan kulit yang melendung milik "seseorang", sebentar gadis itu mendengar dengkingan seekor kucing yang dianiaya, sebentar si gadis kecil itu sudah berada di belakang seorang kakak-tak-berperike-kucing-an dan menendang betis kakak itu kuat-kuat sehingga menyebabkan kaki kecilnya kesakitan (tentunya tidak diperlihatkan), sebentar kemudian gadis kecil itu sudah nyebur ke dalam danau hitam, mencoba menjadi pahlawan bagi seekor kucing malang. Sayangnya adegan heroik itu tidak berakhir baik bagi si gadis kecil karena kakinya mendadak kram dan jatah ke-heroik-an itu direbut oleh si kakak melendung yang dengan sigap menyelamatkan dirinya dari ancaman maut. Untung saja mereka tidak bertemu sapa dengan gurita raksasa di dalam sana.

Nekat itu berani atau bodoh? Dalam pikiran satu orang yang tipenya seperti kakak-tak-berperike-kucingan, mungkin tindakan gadis kecil itu merupakan sebuah kebodohan dan kesia-siaan. Tapi mungkin bagi orang lain yang tipenya seperti kakak melendung yang juga melakukan hal yang sama dengan gadis itu (melompat ke danau tanpa pikir panjang), mungkin tindakan si gadis kecil merupakan sebuah keberanian yang layak diberikan hadiah sebuah grand piano. Lebay lah.

Dan tiba-tiba gadis itu sudah ada dalam gendongan si kakak melendung. Terasa benar di kulit gadis itu, betapa besar lendungannya. Empuk, setidaknya membuat gendongannya terasa lebih nyaman seperti di kasur. Sayang hanya sebentar, kakak melendung kemudian membaringkan dia di atas karpet hijau milik sang bumi.

UHUK UHUK

Gadis itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air danau hitam yang tadi tertelan cukup banyak olehnya. Tak lama kesadaran kembali pada benaknya dan membuatnya teringat pada sesuatu yang sejenak terlupa.

Kucing! Mana kucingnya!!

Belle menggapai-gapai mencari si kucing yang ia coba selamatkan. Kebingungan karena kucing itu sudah tak ada dalam gendongannya. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri, kebingungan. Namun ia segera berhenti karena kegiatan itu membuat kepalanya sakit.

"Kau tidak apa?" tanya si kakak melendung alias Prefek Dawne padanya.

Belle memandang Prefek Dawne, mengangguk pelan kemudian meringis karena kepalanya lagi-lagi sakit. Rasa sakit itu kemudian memberikan sensasi gatal pada leher dan menggelitik hidungnya.

HATSSYYIII...

Gadis itu bersin tepat di depan wajah Prefek Dawne. Semoga dia tak terkena cipratan air ajaib dari hidung Belle itu.

“Jose, tak apakah gadis ini? Kenapa dia...apakah untuk menolong Snowy?”


"Kucing.. eh Snowy-nya selamat?" tanya Belle pelan.

“Kamu... Terima kasih, ya? Belle," tutur seorang gadis yang menggendong si kucing malang. Pacarnya Prefek Dawne, ya? Cantik.

Belle tersenyum, "Untung kucing itu selamat."

Sssh... rasa sakit kembali menjalari kepala Belle. Gadis itu meringis sekilas, berharap rasa sakit itu segera hilang. Sial, itu pasti akibat nekat melompat ke danau saat badannya sedang tidak dalam kondisi prima. Terasa deru nafasnya mulai menghangat. Demamkah?

Tak lama kemudian seseorang memegang rambut gadis itu, mengelusnya dengan lembut. Senior Rex, sedang menatap dirinya dengan cemas.

“Kau baik-baik saja Belle. Ada yang terluka?”

Kemudian Senior Rex mengeluarkan tongkat dari kantong celananya dan merapal sebuah mantra sehingga baju dan tubuh gadis itu kembali kering. Belle mulai merasa sedikit hangat karena tidak basah kuyup lagi.

"Tak apa-apa, kak. Terimakasih sihirnya."

"Ka—kamu tidak apa-apa, Belle? Maaf aku tidak turut membantu," Kak Hylhymn rupanya ikut berjongkok mengelilingi dirinya. Belle hanya menatapnya dan tersenyum. Dia tak mempermasalahkan hal itu.

Kemudian manik abu-abu mudanya menangkap sesosok kakak-tak-berperike-kucing-an bergerak mendekat. Entah merapal mantra apa sehingga kucing dalam gendongan pacar Prefek Dawne berpindah ke tangannya. Orang itu menusuk-nusuk tubuh si kucing dengan tongkat sihir lalu mengarahkannya ke moncong kucing malang itu. Merapal mantra. Tadinya, Belle hendak memprotes sebelum akhirnya kucing malang itu menggeliat di tangan orang itu. Gadis itu terdiam, menahan rasa nyeri di kepalanya yang semakin menghebat. Dan kakak-tak-berperike-kucing-an itu tiba-tiba sudah berjongkok di depannya. Mengernyit dan mengatainya bego.

"Umm, senior Sirius. Tidak adakah rasa bersalah dalam dirimu—walaupun setitik?"

Gadis kecil itu dengan berani menatap mata kakak-tak-berperike-kucing-an. Cih, padahal rambut kakak itu warna dan teksturnya mirip bulu kucing tapi kok tidak punya perasaan pada yang sejenis, sih. Mana mungkin orang seperti dia bisa merasakan perasaan bersalah. Orang yang tak bisa menyayangi binatang, sama saja tak punya perasaan. Apalagi yang rambutnya nyaris memutih, mungkin otaknya juga sudah mulai menua dan berwarna keputih-putihan seperti orang albino. Gadis itu merasakan luapan kemarahan mulai mengaliri setiap pembuluh darahnya, mengalir hingga ke telapak tangannya. Gadis itu mengepalkan tinjunya erat-erat. Manik abu-abu mudanya tetap menatap tajam pada lawannya.

BUAGG!!

Tinju pun bersarang pada hidung kakak-tak-berperike-kucing-an itu. Begitu cepat, begitu mendadak. Siapapun tak bisa menghindar dari tinju tersebut. Mungkin lebih cepat dari kecepatan cahaya. Lebay.

Rasakan!

"Yang bego bukan Belle, tapi kakak!! Hatshyyiii-- Dasar rambut bulu kucing!! Hatshyyiii-- Beraninya cuma sama kucing!! Malu ya rambutnya sama kayak kucing!! Hatshyiii-- Sini adu pedang lawan Belle!! Hatshyiii--"

Belum pernah gadis itu sedemikian marah pada orang lain, bahkan sampai memarahi orang tersebut. Meski sambil bersin, gadis kecil itu tak bisa diam saja pada orang yang jahat seperti kakak-tak-berperike-kucing-an. Apalagi mengatai dirinya bego segala. Huh!

Tiba-tiba pandangannya sedikit berputar ketika rasa sakit di kepalanya kembali mendera. Gadis itu buru-buru menopangkan tangannya ke tanah --sedikit terhuyung.

Sialan.


OOC : Credit to Miley Cyrus - Butterfly Fly Away

Label: