<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Event Halloween Ball
Berburu Naga Kerdil
Another Universe versi preman
Another Universe (MENGGILA MODE)
Orkes Dangdut Keliling
Unperfect
Money Tree?
Kelas Sejarah Sihir
Hasil Karya Belle -Om Banshee-
It's Fun, huh!?


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Senin, 16 November 2009 @ 08.44
`Event Halloween Ball part 2

Malam semakin menunjukkan dirinya. Bulan pun semakin terang bercahaya menghiasi langit malam bersama bintang-bintang. Memberikan cahaya yang menaungi para manusia yang tengah berpesta di hamparan bumi hijau. Cahayanya berpadu dengan cahaya dari lentera-lentera berwajah seram yang terbuat dari labu, memberikan warna hangat—mengalihkan hawa dingin yang mulai terasa menusuk.

Putri, pangeran, pesta dansa dan istana. Semua itu sekarang tersaji di Hogwarts. Bagi anak-anak gadis seusia Nabelle, hal tersebut adalah sebuah kesenangan tersendiri. Every girls wannabe a princess, wanna be treat as a princess. Dan tanpa adanya seorang pangeran, sebuah dongeng takkan pernah terasa lengkap. Kakinya masih bergerak seirama dengan musik, berdansa waltz dengan seorang pangeran imajiner. Gadis kecil itu tumbuh dalam lingkungan bangsawan sehingga ia akrab dengan pesta dansa, meski pasangan dansanya selama ini adalah ayah dan kakeknya sendiri.

Gadis kecil itu tak ambil pusing dengan sekelilingnya yang mungkin saja menatap dirinya dengan pandangan aneh. Dia terus berdansa dan mulai bersenandung mengikuti irama yang keluar dari mulut sang gramofon. Setidaknya mereka takkan mengenali wajahnya yang tertutup topeng. Pikirannya mulai melayang pada pesta-pesta dansa yang dihadirinya di kastil Russia milik kakeknya. Saat-saat berdansa dengan almarhum ayah yang masih begitu dirindukannya. Bagaimana sang ayah akan menggendongnya begitu lagu selesai diputar dan memberikannya kecupan yang berarti ia sudah harus tidur—sementara para orang dewasa melanjutkan pestanya.

Langkahkan kakimu seirama dengan musik, Belle—

Yes, Daddy.

—jangan kaku. Santailah dan biarkan musik mengalir di tubuhmu.

Okay. Like this?


Demikianlah yang selalu dikatakan sang ayah padanya pada awal-awal dia belajar berdansa. Ayahnya dengan sabar mengajari dia hingga mahir berdansa. Setidaknya untuk ukuran anak-anak seperti dia saat itu. Takkan pernah dia lupakan bahwa sang ayah akan menghadiahinya pelukan erat bila dia berhasil menguasai teknik dansa yang beliau ajarkan. Memang bukan hadiah berupa materi, namun jauh lebih berharga dari benda apapun yang ada di bumi. Terutama sejak kematian sang ayah. Hadiah-hadiah itu tentu takkan mungkin lagi didapatkannya.

Langkah-langkah kakinya sedikit berantakan sekarang. Rasa rindu yang amat dalam tiba-tiba menguasai benaknya untuk kesekian kalinya. Gadis kecil itu menengadahkan wajahnya ke langit, memandangi bintang-bintang. Gadis itu tersenyum kecil pada salah satu bintang yang bercahaya paling terang dan menggumamkan kerinduannya dalam bisikan lirih.

"Dancing with the invisible man, Miss?"

Suara berat.

Lelaki.

Kepala gadis kecil itu bergerak turun, tatapannya kembali menatap lurus sebelum kemudian ia menolehkannya pada asal suara yang menyapanya. Satu sosok tinggi bertopeng tengah menatap dirinya. Suasana yang remang-remang cukup membuat apa yang tampak di hadapannya menjadi sedikit misterius dan seram. Anak lelaki itu memiliki warna bola mata yang berbeda sehingga membuat gadis kecil itu sempat mengira kalau yang berdiri di hadapannya adalah Thanatos. Tapi anak lelaki ini lebih pendek dari Thanatos dan matanya yang satu berwarna coklat, bukan biru. Rambutnya juga tidak pirang. Gadis itu menyunggingkan seulas senyum manis pada anak lelaki tersebut.

"Yes. With my illution prince and my dad."

Gadis kecil itu kemudian mengambil nomor undiannya dari kursi yang tadi didudukinya—beruntung tak ada orang yang duduk di sana sehingga menghilangkan nomornya. Lalu ia menyodorkan kertas berisi nomor undian itu pada anak lelaki di hadapannya. 85.

"Apakah nomorku sama denganmu?"

Label: