<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
Kelas Sejarah Sihir
Hasil Karya Belle -Om Banshee-
It's Fun, huh!?
Halaman - Tek Dunk: MAU PETASAN?
Registrasi Klub Musik
Kelas Herbologi - Ravenclaw & Slytherin
On a Rollercoaster Ride
Pesta Awal Tahun 1984
Come and Play With Me -Thread Reza-
Fitness? -Thread Kak Jose F. Dawne, prefek Gryffin...


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Selasa, 10 November 2009 @ 22.17
`Money Tree?

Hari ini hari Minggu, Minggu artinya libur dan libur artinya tak ada kegiatan sekolah —intinya, hari ini dia bebas. Dia ingin menjelajahi Hogwarts lagi karena masih begitu banyak tempat yang belum dia kunjungi saking besarnya sekolah ini. Malahan, tempat yang tidak pernah terpikir untuk dia kunjungi —Hospital Wing, sudah dikunjunginya tepat satu hari setelah Pesta Awal Tahun. Ironis.

Gadis kecil berambut pirang itu merapikan rambutnya sambil mematut diri di depan cermin. Hari libur juga berarti hari bebas berpakaian! Gadis itu sangat suka mengenakan pakaian-pakaian yang manis. Bosan sekali jika setiap saat harus mengenakan seragam sekolahnya yang berupa jubah hitam dengan lis biru ala Ravenclaw. Tidak modis sama sekali meski tetap terlihat manis, sih kalau dia yang pakai. (*narsis —dijitak)

Hmm, sekarang sudah jam 5 sore ya. Sebaiknya dia memakai baju yang agak tebal untuk menjaga kehangatan tubuhnya dan celana jeans panjang. Dia tak berani pakai celana pendek kalau cuaca dingin. Setelah sibuk membongkar-bongkar koleksi pakaiannya, akhirnya gadis kecil itu memilih mini dress dengan bahan wol berwarna coklat muda dan memakai topi sebagai pelengkap. Gadis itu sedang malas mendandani rambut.

Dengan dua ekor puffskein di kantong —Banana di kantong kiri dan Lemon kantong kanan, gadis itu siap menjelajah. Hogwarts, here I come!
Gadis kecil itu berlari-lari kecil, keluar dari kastil, melewati halaman dan danau, melewati Rumah Kaca —langsung menuju kebun. Dia belum pernah melihat-lihat kebun milik Hogwarts. Katanya, disini murid-murid diperbolehkan menanam apa saja. Sayangnya, gadis itu tak punya pengalaman bercocok tanam. Jadi, dia hanya berniat untuk melihat-lihat. Sambil berjalan, gadis kecil itu bersenandung dengan riang.

Senang —riang
Hari yang kunantikan
Aku mau jelajahi Hogwarts—
—berkelana berpetualang—


Nyanyiannya terputus saat manik abu-abu mudanya menangkap sosok seseorang sedang berjongkok setelah mencangkul di kebun.

Eh! Ada yang sedang menanam sesuatu di sana!

Perlahan kedua kaki mungil itu mengayun bergantian mendekati sosok seorang anak laki-laki yang terlihat lebih tua darinya sedang asyik menanam sesuatu sambil tersenyum lebar dan menggoyangkan tongkat sihirnya. Belle memperhatikan dengan tertarik, apa gerangan yang ditanam senior itu hingga membuatnya demikian senang? Dia ingin tahu dan ingin ikut bergabung —hitung-hitung belajar bercocoktanam. Kemudian senior tersebut mengeluarkan sebuah kantung kulit kecil dari balik celana panjangnya —bergemerincing.

Eh? Memangnya ada bibit yang berbunyi seperti logam?

Lalu dari dalam kantung kulit itu, sang senior mengeluarkan beberapa keping—

GLEK! Are you kidding me?

—galleon! Tepatnya empat keping uang emas dunia sihir yang kini tergeletak di atas hamparan tanah. Dan tak lama kemudian, senior tersebut melempar satu keping galleon ke dalam lubang yang telah dibuatnya dengan sihir lalu menutupnya dengan tanah dan menyiramnya dengan air dari tongkatnya.

Orang itu menanam galleon?!

Dengan penasaran, gadis itu melangkah semakin dekat pada senior tersebut. Langkah demi langkah membunuhi jarak antara mereka berdua. Di dunia sihir bisa menanam pohon uang? Seingatnya, Teresa tak pernah bicara soal itu. Apakah ini sihir jenis baru? Kalau iya, pasti itu sangat luar biasa. Dia harus melihatnya dari dekat.

Gadis itu kini telah berdiri di samping anak lelaki yang sudah hendak melempar galleon kedua. Gadis itu berjongkok dan menatap anak lelaki itu dengan mimik heran yang tidak dibuat-buat.

"Memangnya —itu bisa tumbuh, Kak?"

*****

Gadis mungil itu masih terheran-heran dengan kegiatan yang sedang dilakukan senior bermata hijaunya itu. Ada yang bilang, istilah untuk orang yang mata duitan itu mata hijau. Kalau melihat apa yang sedang dilakukan orang di sampingnya ini, mungkin istilah itu memang tepat. Orang bermata hijau adalah orang yang mata duitan sampai-sampai terpikir untuk menanam galleon di kebun sekolah. Di dunia muggle, tindakan tersebut bakal dianggap gila dan pastinya kakak bermata hijau di depannya ini dengan segera dilarikan ke rumah sakit jiwa. Belle tidak tahu, sih bagaimana dengan dunia sihir. Tapi seandainya galleon memang bisa ditanam, buat apa ada Bank Gringgots? Buat apa kakak-kakak seniornya capek-capek magang di Diagon Alley saat liburan?

"Sst. Jangan berisik, nanti dia ngambek, Nona,"desis kakak-mata-duitan itu sembari mengangkat telunjuknya ke depan mulutnya. Kakak itu kemudian tersenyum menjawab pertanyaan Belle yang meragukan tindakannya.

Kali ini mulut Belle tanpa sungkan-sungkan menganga, matanya melotot selebar-lebarnya. Memandang sepasang mata hijau yang ternyata lebih polos dari dirinya itu—terpana. "Me... memangnya uang bisa ngambek?"

"Intinya adalah,"kakak-mata-duitan itu menghela napasnya sebentar, sebelum melanjutkan kalimatnya yang terpotong,"percaya."

Belle menggaruk-garuk pipinya yang tidak gatal. Memang dia pernah mendengar tentang kata 'percaya' atau juga disebut 'iman' yang bisa memindahkan gunung, membuat sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Rasa percaya mendatangkan keajaiban. Tapi percaya pada sesuatu seperti uang bisa tumbuh menjadi pohon sama saja seperti percaya bahwa suatu hari almarhum ayahnya akan hidup kembali dan memeluk dirinya. Nonsense. Belle melemparkan cengiran miris pada pemuda di sampingnya itu, "Hehe. Oke, kak."

"Memang apa yang anda tanam Senior?"

Belle memalingkan muka ke arah seorang anak gadis sebayanya yang ikut berjongkok di samping kakak-mata-duitan, tentu saja di sisi yang berlawanan dari dirinya. Belle kan bukan makhluk halus. Wajah gadis itu pernah dikenalnya saat di Leaky Cauldron. Emma Page, yang bertengkar dengan nona-rambut-wortel-berkacamata itu.

"Hai, Emma! Lama tak bertemu," sapa Belle ramah.

Tiba-tiba, kakak-mata-duitan menarik tangannya dan meletakkan sekeping galleon di atas telapak tangannya dan ia melakukan hal yang sama pada Emma. Now what? Belle menatap galleon di telapak tangannya.

"Nah, nah, bagaimana kalau kalian ikut mencobanya?" Kini pemuda itu mengambil sisa satu koin yang ada di atas permukaan tanah. "Ingat berbagi ya kalau kalian panen nanti, hahaha--,"lanjut pemuda itu seraya melempar koin terakhir ke dalam lubang yang masih terbuka di depannya.

Well, well, menyuruhku ikut melakukan hal bodoh? Maaf saja, Kak.

Dengan penasaran, Belle mengangkat kepingan galleon itu ke atas kepalanya. Kata Mom, untuk melihat apakah uang ini palsu atau asli ada tiga langkah yang harus dilakukan. Dilihat, diraba dan diterawang. Oke, dilihat sudah. Diraba, sudah. Diterawang, juga sudah. Tak ada satu sisi pun dari keping galleon ini yang memiliki kemungkinan untuk mengeluarkan akar yang nantinya akan menjadi pohon. 100% takkan tumbuh. Gadis itu tiba-tiba teringat kalau di kantongnya masih ada sisa kacang segala rasa. Diam-diam, gadis itu memasukkan galleon-nya ke kantong—setelah terlebih dahulu mengeluarkan seekor puffskeinnya lalu dengan cepat mengambil sebutir kacang segala rasa warna emas, memasukkannya ke dalam tanah dan buru-buru menimbun lubang di hadapannya dengan tanah sebelum perbuatannya dilihat oleh dua orang di sampingnya. Lebih baik menanam kacang segala rasa daripada menanam galleon.

Gadis itu tersenyum puas lalu menatap kakak-mata-duitan sambil tersenyum lebar,"punya Belle pasti tumbuh. Belle percaya, kok." Gadis itu terkekeh pelan sambil mengelus-elus timbunan tanah miliknya.


Galleon tak bisa tumbuh jadi pohon. Itu jelas. Bagaimana dengan kacang segala rasa? Sepertinya juga tak bisa.

Sekarang di antara penanam galleon dan penanam kacang segala rasa, siapa yang lebih bodoh?



OOC : Penampilan Belle Hari ini

Label: