<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6077693976780833028\x26blogName\x3dNabelle+Marion+Elsveta\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nabellemarion.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3din\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nabellemarion.blogspot.com/\x26vt\x3d-4581477069342913430', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
profile journal tagboard affiliates credits
Disclaimer

I'm currently 13 years old


Belle's Diary


Dear Diary ♫

Memorable Stories

Contents

Belle's Bio ♫
Surat Tahun Pertama ♫
Kontrak Sihir ♫
Seleksi Asrama ♫
On A Rollercoaster Ride ♫
Berburu Naga Kerdil ♫
Half Alive ♫
It's Fun, Huh? ♫
I Want My DRAGON ♫
She's a Pedophilia Virus ♫
Pieces of Memory ♫

Archives

Recent Posts
It's Fun, huh!?
Halaman - Tek Dunk: MAU PETASAN?
Registrasi Klub Musik
Kelas Herbologi - Ravenclaw & Slytherin
On a Rollercoaster Ride
Pesta Awal Tahun 1984
Come and Play With Me -Thread Reza-
Fitness? -Thread Kak Jose F. Dawne, prefek Gryffin...
Seleksi Asrama
Hogwarts Express - Gerbong 2 Kompartemen 2


Date back by month
November 2009
Desember 2009
Januari 2010
Februari 2010
Mei 2010
Juni 2010
Senin, 09 November 2009 @ 06.33
`Hasil Karya Belle -Om Banshee-




Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Itu akan menjadi kelas keduanya di Hogwarts! Kata orang-orang, guru PTIH tahun ini nyentrik. Memangnya tahun lalu, gurunya beda ya? Lalu, kenapa guru yang sekarang disebut-sebut sebagai nyentrik? Belle tak habis pikir, sungguh. Sambil menyisir rambut pirangnya yang bergelombang indah, Belle menatap ke luar jendela. Tak benar-benar memandang ke luar karena pikirannya sibuk memikirkan hal ini dan hal itu. Masih seputar guru nyentrik PTIH, tentu. Maklum, Belle tidak benar-benar memperhatikan apa yang terjadi saat Pesta Awal Tahun. Saat itu Belle masih terlalu shock dengan keputusan si Topi Seleksi yang kumal namun memang jenius itu. Ditambah lagi, insiden tabrakannya dengan kakak-penjual-bunga-bermata-belang yang konon bernama Light itu. Bayangkan, Belle di pelototin! Wajar, sih. Belle membuat kakak-penjual-bunga-bermata-belang itu benjol sekaligus dua! Saking bingungnya, saat itu Belle dengan panik mengecup kedua benjol di kepala Light lalu langsung kabur begitu saja. Nah, sekarang mengerti kan kenapa Belle tidak tahu apa-apa soal guru baru dan segala tetek bengeknya.

Hmm --pitanya pakai warna apa yah?

Dengan cepat, jari-jarinya menyisir isi kotak pitanya. Mencari-cari pita yang pas untuk dipakai dengan jubah hitamnya. Tak banyak pilihan. Kalau pakai warna pink atau kuning, kurang match dengan jubah hitam dan emblem biru gagaknya. Akhirnya, jari lentiknya berhenti di sebuah pita mungil berwarna putih. Tersenyum puas --Belle memasangkan pita itu di sisi kiri kepalanya. Menghiasi rambut pirangnya yang bersinar.

Kaki mungil Belle yang dibalut boots berwarna senada dengan pitanya, melangkah menyusuri tangga-tangga dan koridor menuju lantai satu --lokasi kelas PTIH berada. Gadis kecil itu mengira-ngira, menerka-nerka, seperti apa kelasnya akan berlangsung? Apakah akan seperti kelas Herbologi yang meminta murid-muridnya membuat serangkaian data mengenai tanaman sihir? Atau mereka akan diajari praktek mantera untuk bertahan terhadap sihir hitam? Belle sama sekali tidak punya ide atau bayangan soal itu.

Ah! Ini dia kelasnya. Gadis kecil itu mengintip ke dalam, melihat-lihat isi kelasnya. Rupanya sudah ada beberapa siswa yang datang. Untung dia tidak terlambat. Jarak dari asrama Ravenclaw ke kelas PTIH tidak dekat lho! Dari menara sampai ke lantai 1! Kenapa disini tidak disediakan jalan pintas untuk mempercepat, ya.

“Hai, Om senang kau masuk kelas,”

Om? Kenapa ada om-om di kelas ini? Belle menatapnya dengan cengiran bingung. Apa dia gurunya? Sepertinya sih, iya. Soalnya dia ada di meja guru.

"Hai juga, Om. Belle juga senang masuk kelas," balas Belle lirih. Terpana menatap wajah "om" tersebut yang menor dengan make-up. Make up? Kenapa om-om pakai make up? Belle mengerjap-ngerjapkan matanya, menatap si "om" dari kejauhan.

Jangan-jangan aku salah lihat? Mungkin si om itu habis berantem lalu memar. Makanya terlihat seperti dandan dari sini.

Belle melangkah perlahan, takut-takut ke arah "om" itu. Memandangi wajahnya dari jarak dekat dengan sangat seksama. Bukan memar. Belle memandangi pipi "om" itu yang berwarna kemerahan seperti ditampar. Mengusapnya pelan dengan telapak tangan mungilnya. Saat ia pandang kembali telapak tangannya, ada rona kemerahan disana. Wow. Si "om" pakai blush on?! Om atau Tante, nih?

"Om itu laki-laki atau perempuan, sih? Kok dandan?" tanya Belle polos.

Beberapa saat anak itu menanti jawaban, namun yang diterimanya sama sekali tidak memuaskan dia.

“belajar yang rajin ya, mungkin suatu saat nanti kau bisa jadi penyihir hebat seperti Om.”

Gadis kecil itu melongo, menelan ludah dengan gerakan slow motion. Penyihir hebat? Banci jadi-jadian seperti dia ini penyihir hebat? Apa kata dunia?

“Nah, berondongku yang manis. Tugas kalian sekarang adalah, menggambar makhluk sihir hitam-makhluk kegelapan,”

Menggambar? Bukannya ini kelas pertahanan terhadap ilmu hitam? Jangan-jangan aku salah kelas?

"Di meja Om ada setumpuk pena bulu dengan tinta warna-warni kalau kalian butuh,"

Ah, ya sudahlah. Turuti saja maunya.

"Ba --baik, om," jawab Belle cepat.

Gadis kecil itu buru-buru berbalik arah setelah mengambil sebuah pena bulu dengan tinta hijau dari meja "om" tersebut. Bisa gila kalau terlalu lama menatap wajahnya. Sungguh, Belle tidak bohong.

Belle segera mencari kursi terdekat dan mulai memikirkan hendak menggambar apa. Dia tidak begitu tahu banyak tentang makhluk kegelapan. Dan saat ini dia benar-benar tidak punya ide harus menggambar apa. Gadis kecil itu kembali menatap wajah "om" yang ternyata memang nyentrik itu --berusaha mencari inspirasi dari setiap lekukan wajahnya. TRING! Belle benar-benar mendapat inspirasi! Sekarang Belle tahu harus menggambar apa.

Dengan cepat, pena bulunya berdansa di atas perkamen. Membentuk garis-garis yang kemudian berubah menjadi gambar makhluk kegelapan yang citranya agak mirip dengan "om" itu. Gadis itu menggambar sambil terkekeh --geli sendiri dengan pikirannya. Benar-benar mirip "om", batinnya.

Selesai.

Gadis kecil itu melangkah cepat menuju "om" itu dan menyerahkan hasil karyanya dengan bangga. Dia berhasil menggambar sesuatu yang mirip dengan guru di kelas tersebut!

"Nih, om. Belle sudah selesai menggambar. Bagus kan gambarnya? Mirip banget sama om, makanya waktu melihat wajah om, Belle langsung teringat sama makhluk satu ini. Mudah-mudahan om suka," ujar Belle polos sembari menyunggingkan senyumnya yang paling manis.

Hasil Karya Belle -Om Banshee-

Belle segera kembali ke tempat duduknya. Senyum tersungging di bibirnya. Dia yakin gambarnya pasti disukai oleh "om" itu. Habisnya mirip, sih.

*****

Sejujurnya, gadis bermanik abu-abu muda itu sedikit bingung dengan kelas ini. Namanya Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Tapi, kenapa dia dan teman-temannya malah disuruh menggambar? Apakah dengan menggambar, ada satu atau dua sihir hitam yang bisa ditangkal? Kalau iya, sih --tak jadi masalah.

Gadis berusia 11 tahun itu sudah menyelesaikan gambarnya dan hendak kembali ke tempat duduknya setelah menyerahkan pada "om" profesor. Mencoba memecahkan teka-teki angka yang tertulis di papan tulis. 20 angka itu jumlah yang lumayan, lho.

2176114

Sambil berjalan dia memikirkan jawabannya. Mencoba memecahkan misteri tersembunyi dari urutan angka tersebut. Apakah itu sebuah simbol untuk menulis nama? Nama si "om" itu saja Belle tidak tahu. Jika dipaksa dibaca sebagai huruf, yang terbaca adalah Ritgiia. Sebuah kata-kata yang sepertinya tak punya arti khusus. Mana mungkin itu jawabannya, kan? Manik abu-abu mudanya menangkap tiga sosok yang dia kenal, Faye dan kakak kembarnya serta Blackrose. Si Blackrose itu masuk Slytherin, ya? Tak diduga, padahal orangnya cukup sopan dan tidak terlihat jahat. Memang sih, auranya agak-agak kelam. Baru saja Belle hendak menghampiri mereka ketika tiba-tiba didengarnya sebuah jeritan khas seorang perempuan yang sepertinya pernah ia dengar.

"KYAAAA, po-poniku, po-poniku ru-RUSAAAK.... Kenapa keriting begini????",

Dior? Ya ampun, kenapa dengan poninya?

Akhirnya gadis itu memutuskan untuk menghampiri Dior alih-alih ketiga teman lamanya. Habis, Dior terlihat membutuhkan seseorang untuk membuatnya sedikit tenang. Masa berteriak-teriak di tengah pelajaran? Kalau Ms. Leona melihat kejadian ini, Belle yakin 100% kalau guru privatnya itu akan menasehati Dior berjam-jam dan menguliahi dia tentang tata krama dan sopan santun serta tetek bengeknya. Saat sedang melangkah, Glad sudah lebih dulu sampai di tempat Dior. Menanyakan hal yang sama seperti yang ingin dia tanyakan.

"Eh? Ada apa dengan ponimu?"

"Dior? Kenapa histeris begitu? Ada yang bisa kubantu?" tanya Belle --kemudian menoleh ke arah Glad, "Hai, Glad. Kamu tahu tidak nama guru PTIH kita yang nyentrik itu?"

Label: